Harga Minyak Menguat Imbas Trump Larang Ekspor Minyak dari Venezuela

Harga minyak dunia naik tipis pada Rabu (285) di tengah kekhawatiran atas risiko pasokan usai pemerintah AS melarang Chevron mengekspor minyak dari Venezuela. -Ilustrasi-net.--
Radarlambar.bacakoran.co - Harga minyak dunia mencatat kenaikan tipis pada Rabu (28/5), dipicu oleh kekhawatiran pasar atas risiko terganggunya pasokan setelah pemerintah Amerika Serikat mengambil langkah tegas terhadap aktivitas ekspor minyak Chevron dari Venezuela. Meskipun demikian, sentimen pasar yang mengantisipasi peningkatan produksi oleh OPEC+ menahan laju kenaikan harga secara signifikan.
Minyak mentah jenis Brent mengalami kenaikan sebesar 25 sen atau sekitar 0,4 persen, dan diperdagangkan di kisaran US$64,34 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat juga naik sebesar 24 sen, menyentuh level US$61,13 per barel.
Pemerintah AS, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, mencabut lisensi ekspor minyak yang sebelumnya diberikan kepada Chevron. Otorisasi baru yang dikeluarkan hanya mengizinkan perusahaan tersebut mempertahankan aset-asetnya di Venezuela tanpa izin untuk mengekspor atau memperluas operasinya. Langkah ini secara otomatis membatasi aliran minyak Venezuela ke pasar global, khususnya ke kilang-kilang minyak di Amerika Serikat yang selama ini mengandalkan pasokan dari negara Amerika Selatan tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir, lisensi khusus seperti yang diberikan kepada Chevron dan sejumlah perusahaan asing lainnya menjadi salah satu tumpuan produksi minyak Venezuela yang terkena sanksi. Produksi harian Venezuela berada di angka sekitar satu juta barel, dan keputusan baru ini menimbulkan kekhawatiran akan terganggunya stabilitas pasokan global.
Di sisi lain, pasar masih mencermati langkah organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) yang dijadwalkan akan menggelar pertemuan pada hari yang sama. Spekulasi bahwa kelompok ini akan meningkatkan kapasitas produksi menimbulkan kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan di semester kedua tahun ini. Hal ini membuat pergerakan harga minyak cenderung datar dalam beberapa sesi terakhir.
Ketidakpastian juga datang dari sisi kebijakan internasional. Ketidakpatuhan sebagian anggota OPEC terhadap kuota produksi yang telah disepakati, serta pendekatan kebijakan dagang Amerika Serikat yang semakin protektif, turut menekan permintaan global terhadap energi fosil.
Presiden Trump bahkan mengisyaratkan kemungkinan penjatuhan sanksi baru terhadap Rusia. Langkah ini dapat memperparah ketegangan geopolitik dan mengganggu aliran pasokan energi dari Rusia, salah satu eksportir utama minyak dan gas bumi dunia.
Kombinasi antara potensi gangguan pasokan dari Venezuela dan Rusia serta kekhawatiran kelebihan produksi dari OPEC+ menciptakan situasi pasar yang fluktuatif. Investor dan pelaku pasar kini menanti hasil pertemuan OPEC+ yang akan memberikan arah lebih jelas terhadap kebijakan produksi dalam beberapa bulan ke depan.(*/edi)