Inggris Bangun Armada Kapal Selam Nuklir Baru, Siap Hadapi Ancaman Rusia

ILUSTRASI _ Kapal Perang. -Foto freepik---
Radarlambar.bacakoran.co -Inggris sedang bersiap menghadapi masa depan yang tidak menentu. Perdana Menteri Keir Starmer membuat langkah besar dengan mengumumkan rencana ambisius untuk memperkuat militer negaranya, termasuk pembangunan hingga 12 kapal selam bertenaga nuklir. Langkah ini disebut sebagai reformasi pertahanan terbesar Inggris sejak berakhirnya era Perang Dingin.
Di tengah suasana serius galangan kapal Angkatan Laut di Skotlandia, Starmer menyampaikan bahwa Inggris tidak bisa lagi berpangku tangan terhadap meningkatnya ancaman dari Rusia. Ia mengakui, dunia telah berubah sejak tank-tank Rusia mulai mengguncang Ukraina pada Februari 2022. Realitas hari ini jauh berbeda dari pandangan para pemimpin sebelumnya yang pernah menyatakan bahwa era perang darat skala besar di Eropa telah usai.
Tinjauan pertahanan strategis terbaru yang dipimpin oleh George Robertson, mantan Sekjen NATO, menandai langkah baru dalam menghadapi kondisi global yang semakin panas. Pemerintah Inggris, di bawah Partai Buruh yang kini berkuasa, sepenuhnya menerima 62 rekomendasi yang muncul dari tinjauan tersebut.
Kekuatan di Semua Medan Tempur
Langkah-langkah yang akan diambil Inggris tidak main-main. Mulai dari laut hingga dunia maya, dari senjata konvensional hingga teknologi nirawak, semuanya akan diperkuat. Pemerintah juga menyatakan akan membentuk Komando Dunia Maya khusus untuk menangkal serangan siber yang setiap hari menyerang infrastruktur pertahanan Inggris, sebagian besar diduga berasal dari Moskow.
Sementara itu, pembangunan kapal selam bertenaga nuklir yang baru ini akan dilakukan dalam kerangka kerja sama AUKUS bersama Amerika Serikat dan Australia. Meski kapal-kapal ini hanya akan dipersenjatai secara konvensional, investasi yang dikucurkan tetap sangat besar. Sebanyak £15 miliar atau sekitar Rp300 triliun akan digelontorkan untuk memperkuat sistem persenjataan nuklir Inggris, meski detailnya masih dirahasiakan.
Persenjataan dan Efek Ekonomi
Inggris juga berencana menambah hingga 7.000 unit senjata jarak jauh buatan dalam negeri. Selain memperkuat lini tempur, langkah ini juga diharapkan menciptakan ribuan lapangan kerja di sektor manufaktur, memberikan apa yang disebut Starmer sebagai “dividen pertahanan”—berkebalikan dengan “dividen perdamaian” yang dulu menjadi dasar pemangkasan anggaran militer pasca-Perang Dingin.
Menteri Pertahanan John Healey menegaskan bahwa ini adalah pesan tegas kepada Moskow: Inggris tidak akan tinggal diam. Ia menyebut transformasi ini akan membalikkan arah penurunan kekuatan militer yang terjadi selama beberapa dekade terakhir akibat kebijakan penghematan.
Target Ambisius, Tantangan Nyata
Pemerintah menargetkan anggaran pertahanan Inggris akan mencapai 2,5% dari PDB pada tahun 2027, dan bahkan berpotensi menyentuh 3% sebelum 2034. Namun, Keir Starmer jujur bahwa target 3% masih bersifat ambisi, bukan janji. Sumber pendanaannya pun belum jelas, apalagi di tengah tekanan fiskal dan pemangkasan anggaran bantuan internasional demi mengejar target militer tersebut.
Yang pasti, Inggris kini kembali memosisikan diri sebagai negara dengan kesiapsiagaan tempur tinggi di Eropa. Dalam menghadapi dunia yang penuh gejolak, negeri Ratu Elizabeth tampaknya tidak ingin lengah sekali pun. (*)