Google Tawarkan Konsesi Besar Hadapi Tekanan Uni Eropa Soal Praktik Monopoli

Perusahaan Google. Foto istockphoto--
Radarlambar.bacakoran.co– Google, melalui perusahaan induknya Alphabet Inc., akhirnya melunak menghadapi tekanan dari Komisi Eropa terkait dugaan praktik anti-persaingan dalam layanan pencarian daring.
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat ini mengajukan proposal perubahan besar terhadap sistem hasil pencarian mereka, demi menghindari ancaman denda miliaran euro yang dapat dijatuhkan akibat pelanggaran terhadap regulasi Digital Markets Act (DMA)
Berdasarkan dokumen internal yang diperoleh Reuters dan telah dikonfirmasi secara luas, Google menyatakan bersedia menampilkan layanan pesaing secara lebih setara dan transparan di laman hasil pencariannya. Ini mencakup layanan vertical search service (VSS) seperti situs pencarian hotel, tiket pesawat, restoran, dan transportasi, yang selama ini dinilai kalah saing karena algoritma pencarian mengutamakan produk milik Google sendiri—seperti Google Flights, Google Shopping, dan Google Hotels.
Konsesi Google: Format Sama, Akses Setara
Dalam skema yang diusulkan, Google akan memberikan ruang khusus di bagian atas hasil pencarian kepada layanan milik pesaing. Setiap penyedia VSS akan diberi kesempatan menampilkan tiga tautan langsung—yang dipilih dan dikendalikan sendiri oleh penyedia—dalam kotak khusus yang memiliki tampilan setara dengan milik Google. Artinya, tidak ada lagi dominasi visual yang selama ini menjadi keunggulan layanan internal Google.
Namun, penyedia VSS yang tidak masuk dalam kotak teratas tetap dapat muncul di bagian bawah halaman, meskipun kehadirannya hanya akan terlihat jika pengguna melakukan klik tambahan untuk membuka lebih banyak hasil.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya Google untuk menghindari sanksi berat dari Uni Eropa. Komisi Eropa, sejak lama, mengkritik Google karena dituding memanfaatkan dominasi pasarnya untuk menekan kompetitor. Regulasi DMA, yang mulai efektif berlaku tahun ini, mewajibkan platform digital besar yang dikategorikan sebagai gatekeepers untuk membuka akses yang lebih setara terhadap layanan dan penyedia pihak ketiga.
Reaksi Campur: Solusi Setengah Hati?
Walaupun Google menyatakan ingin menyelesaikan permasalahan ini dengan pendekatan solutif, beberapa pengamat dan pesaing justru menilai proposal tersebut belum cukup radikal untuk mengubah lanskap dominasi digital yang selama ini dibentuk Google.
Sumber dari kalangan industri yang enggan disebutkan namanya menyebut, meskipun ada perbaikan dari sisi tampilan dan akses, kontrol terhadap algoritma dan pemeringkatan hasil pencarian tetap menjadi isu utama yang belum tersentuh dalam proposal ini. Beberapa pihak menilai bahwa selama Google masih memegang kendali penuh atas distribusi lalu lintas digital, ketimpangan akses tidak akan sepenuhnya terhapus.
Dampak Besar Jika Disetujui
Jika Komisi Eropa menerima proposal tersebut dan memberikan persetujuan, maka perubahan ini bisa berdampak luas terhadap bagaimana pengguna di Eropa (dan mungkin dunia) mengakses informasi melalui internet. Praktik yang selama ini mengarahkan lalu lintas pencarian secara otomatis ke produk internal Google bisa tergantikan oleh mekanisme yang lebih pluralistik.
Selain memberikan peluang baru bagi pemain lokal dan startup digital di sektor pariwisata, perjalanan, kuliner, atau e-commerce, model baru ini berpotensi menginspirasi pendekatan serupa di negara lain, termasuk Amerika Serikat yang juga tengah mengevaluasi dominasi perusahaan teknologi besar.
Uni Eropa sendiri menjadwalkan pertemuan lanjutan pada 8 Juli 2025, untuk mendengarkan tanggapan resmi dari berbagai pemangku kepentingan. Komisi Eropa akan mempertimbangkan apakah tawaran dari Google layak dianggap sebagai perbaikan substantif terhadap praktik anti-persaingan yang telah lama menjadi sorotan.