Qatar Peringatkan Risiko Energi Global Usai Serangan Israel ke Ladang Gas Iran

Qatar Peringatkan Risiko Energi Global Usai Serangan Israel ke Ladang Gas Iran. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co -Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan ke ladang gas milik Iran, yang juga merupakan bagian dari proyek bersama dengan Qatar. Menyusul kejadian ini, Qatar tengah menggelar pembicaraan darurat dengan sejumlah perusahaan energi global demi mengamankan ekspor gasnya dan mencegah krisis energi global.

Pemerintah Qatar melalui Menteri Energi yang juga menjabat CEO QatarEnergy, melakukan pendekatan kepada mitra-mitra strategis untuk memperingatkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah negara Eropa. Tujuannya adalah agar para mitra turut mendesak pemerintahan masing-masing agar mempertimbangkan dampak buruk dari konflik terhadap ketahanan energi dunia. Dengan Qatar sebagai eksportir gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, gangguan ekspor dari negara ini dapat memengaruhi hampir seperlima pasokan gas global.

Hingga kini, ekspor LNG Qatar masih berjalan normal. Namun, kekhawatiran terhadap eskalasi konflik terus membayangi. Menteri Energi Qatar diketahui telah menemui sejumlah duta besar dari negara-negara yang memiliki keterlibatan dalam proyek ekspansi Lapangan Utara. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas ekspor LNG Qatar hingga 82 persen dalam beberapa tahun ke depan. Sejumlah perusahaan besar seperti ExxonMobil, ConocoPhillips, Shell, Eni, dan TotalEnergies menjadi bagian dari ekspansi ini.

Situasi menjadi semakin kompleks karena serangan Israel terhadap Iran menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan operasional di kawasan Teluk. Ladang gas yang diserang berada tak jauh dari instalasi gas milik Qatar, sehingga risiko terhadap pekerja dan fasilitas lepas pantai menjadi perhatian utama. Selain itu, potensi kontaminasi dari serangan terhadap reaktor nuklir Iran di Bushehr dinilai bisa mengancam perairan di sekitar Teluk, termasuk area operasional Qatar.

Selat Hormuz, yang menjadi jalur utama ekspor LNG Qatar, juga dikhawatirkan menjadi titik kritis. Jika Iran memutuskan untuk menutup jalur ini, maka distribusi LNG akan terganggu secara signifikan. Sebagai langkah antisipasi, QatarEnergy disebut telah mengarahkan kapal-kapal tankernya untuk menunggu di luar Selat Hormuz dan hanya masuk ke wilayah Teluk sehari sebelum proses pemuatan.

Dampak paling nyata dari situasi ini mulai terasa di pasar energi Asia, yang sangat bergantung pada pasokan LNG dari Teluk. Ketidakpastian ini telah mendorong harga LNG spot naik tajam. Data menunjukkan harga sudah menembus 14 dolar AS per juta British thermal unit (mmBtu), mencatatkan kenaikan lebih dari 11 persen dalam sepekan terakhir.

Dengan Presiden AS Donald Trump belum mengumumkan sikap final terkait keterlibatan negaranya dalam konflik, dunia kini menanti langkah berikutnya. Ketegangan yang terus meningkat menempatkan pasar energi global dalam posisi yang sangat rentan terhadap gejolak harga dan krisis pasokan. Qatar, yang selama ini menjadi penopang stabilitas energi global, kini harus berpacu dengan waktu untuk menjaga agar pasokan gas dunia tetap aman di tengah konflik yang meluas. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan