Rusia Jadi Negara Pertama Akui Taliban, Ironi Sejarah Usai Perang Soviet-Afghanistan

Finlandia Kirim Amunisi ke Ukraina Gunakan Dana dari Aset Rusia yang Dibekukan. Foiti/net--

Radarlambar.bacakoran.co -– Rusia mencatatkan diri sebagai negara pertama yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan, empat tahun setelah kelompok itu kembali menguasai Kabul pada 2021. Keputusan ini menjadi ironi sejarah, mengingat Taliban awalnya terbentuk untuk melawan invasi Uni Soviet pada dekade 1980-an.


Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi telah menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Afghanistan yang baru, Gul Hassan Hassan. Dengan langkah ini, Moskow resmi membuka jalan bagi kerja sama bilateral yang lebih luas dengan pemerintahan Taliban. Pihak Taliban menyambut pengakuan tersebut sebagai momentum bersejarah dan berharap negara-negara lain mengikuti jejak Rusia.


Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021 setelah pasukan Amerika Serikat dan NATO menarik diri. Sejak saat itu, mereka berusaha mendapatkan pengakuan internasional meski masih terisolasi karena kebijakan kontroversialnya, terutama terkait pembatasan hak perempuan dan anak perempuan. Perempuan dilarang bekerja di banyak sektor publik, tidak boleh mengakses sejumlah fasilitas umum, dan anak perempuan dilarang bersekolah di atas kelas enam.


Langkah Rusia ini diperkirakan akan diawasi ketat oleh Amerika Serikat, yang hingga kini masih membekukan aset bank sentral Afghanistan bernilai miliaran dolar dan menerapkan sanksi terhadap para pemimpin senior Taliban.


Sejak penarikan pasukan AS, Moskow bergerak cepat menormalisasi hubungan dengan Taliban. Rusia menilai kelompok tersebut sebagai mitra strategis dalam memerangi kelompok ekstremis seperti ISIS-K, yang beberapa kali melakukan serangan di Afghanistan dan Rusia. Delegasi Taliban juga telah menghadiri forum-forum ekonomi besar di Rusia, termasuk di Saint Petersburg pada 2022 dan 2024.


Sikap Moskow terhadap Taliban berubah drastis dibanding era sebelumnya. Pada 2003, Rusia pernah memasukkan Taliban ke dalam daftar organisasi teroris karena kaitannya dengan kelompok separatis di Kaukasus Utara. Namun, pada April lalu, Mahkamah Agung Rusia resmi mencabut status tersebut.


Sejarah mencatat Taliban lahir pada 1994, sebagian besar dari mantan pejuang Mujahidin yang sebelumnya mendapat dukungan Amerika Serikat untuk melawan Uni Soviet. Perang Soviet-Afghanistan kala itu menjadi salah satu konflik yang mempercepat runtuhnya Uni Soviet. Kini, lebih dari tiga dekade kemudian, Rusia justru menjadi pelopor dalam merangkul Taliban sebagai mitra.


Moskow bahkan telah membuka kantor perwakilan bisnis di Kabul dan merencanakan Afghanistan sebagai jalur transit gas menuju Asia Tenggara. Sementara itu, pemerintahan Taliban masih belum diakui secara resmi oleh lembaga-lembaga internasional, termasuk PBB, yang menyebut mereka sebagai “otoritas de facto Afghanistan”.


Langkah Rusia ini dipandang sebagai strategi pragmatis untuk memperkuat pengaruh geopolitik di Asia Tengah, sekaligus mengamankan kepentingan ekonomi dan keamanan regionalnya. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan