Satelit NASA yang “Mati” 57 Tahun Tiba-tiba Kirim Sinyal Misterius ke Bumi

Ilustrasi. NASA berhasil menghidupkan kembali mesin pendorong Voyager 1 setelah wahana antariksa itu mengalami gangguan komunikasi. Foto NASA--

Radarlambar.bacakoran.co – Dunia astronomi digemparkan oleh temuan sinyal radio kuat yang tiba-tiba dipancarkan sebuah satelit tua milik NASA. Satelit komunikasi Relay 2, yang diluncurkan pada 1964 dan berhenti berfungsi pada 1967, kembali “bersuara” setelah hampir enam dekade terdiam di orbit.

Fenomena ini pertama kali terdeteksi oleh teleskop radio Australian Square Kilometer Array Pathfinder (ASKAP) di Australia Barat pada Juni 2024. Saat memindai langit, sistem ASKAP menangkap ledakan gelombang radio misterius yang hanya berlangsung selama 30 nanodetik—sekejap mata namun cukup kuat untuk memicu kehebohan para ilmuwan.

Penelitian yang dipublikasikan di arXiv pada 13 Juni 2025 mengungkapkan bahwa sinyal ini bukan bagian dari sistem internal Relay 2. Artinya, sinyal itu kemungkinan bukan transmisi yang disengaja. Para peneliti menduga ada dua penyebab utama: tumbukan mikrometeorit yang memicu emisi radio atau pelepasan muatan listrik statis (electrostatic discharge/ESD) pada permukaan satelit.

Mikrometeorit yang menabrak satelit bisa menghasilkan awan plasma dan menciptakan medan listrik di sekitar benda luar angkasa tersebut. Hal ini dapat memicu emisi gelombang radio. Namun, tim peneliti menilai peristiwa ESD lebih mungkin terjadi, mengingat Relay 2 adalah satelit generasi awal yang dibangun dengan material berpotensi menyimpan muatan listrik besar. Pelepasan muatan tiba-tiba antar permukaan dengan perbedaan potensial inilah yang diperkirakan menghasilkan semburan gelombang radio itu.

ASKAP, yang biasanya mendeteksi ledakan radio dari galaksi jauh, awalnya menduga sinyal itu berasal dari fenomena kosmik seperti pulsar atau objek misterius lain di Bima Sakti. Namun, setelah investigasi mendalam, sumber paling logis ternyata datang dari “kuburan satelit” yang mengorbit Bumi.

Fenomena ini memunculkan peluang baru bagi dunia sains. Dengan jumlah satelit dan puing luar angkasa yang terus bertambah, kemampuan mendeteksi sinyal ESD bisa menjadi cara inovatif untuk memantau kondisi satelit di orbit dan mengantisipasi risiko di luar angkasa. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan