Tragedi Mencekam di Gaza: Gereja Satu-satunya Jadi Sasaran Serangan Tank Israel

Israel menyerang kembali gaza. Foto/net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO -Pagi Kamis, 17 Juli 2025, menjadi babak kelam baru dalam konflik di Jalur Gaza. Serangan mematikan dari tank militer Israel menghantam kompleks Holy Family Church, satu-satunya gereja Katolik di wilayah tersebut. Tiga orang dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya mengalami luka-luka dalam insiden yang memicu kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk Vatikan.

Serangan itu bukan hanya melukai tubuh, tapi juga menancapkan luka dalam bagi komunitas kecil umat Kristiani yang tersisa di Gaza—wilayah yang sejak lama sudah dipenuhi penderitaan. Gereja yang berdiri sejak tahun 1960-an itu sebelumnya telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 500 warga sipil, terdiri dari umat Kristen Ortodoks, Protestan, Katolik, hingga beberapa keluarga Muslim dan anak-anak penyandang disabilitas.

Insiden ini menandai serangan kedua yang menghantam kompleks gereja tersebut sejak konflik memanas. Sebelumnya, pada Desember 2023, dua wanita tewas ditembak penembak jitu saat berlindung, dan sebuah biara di dalam kompleks gereja terbakar akibat serangan rudal. Meski militer Israel kerap membantah sengaja menargetkan tempat ibadah, peristiwa demi peristiwa terus memunculkan keraguan atas klaim tersebut.

Pastor Gabriel Romanelli, imam kelahiran Argentina yang telah bertugas di Gaza sejak 2019, turut menjadi korban dalam serangan terbaru. Ia mengalami luka di bagian kaki akibat serpihan ledakan. Namun, dedikasinya tak goyah—ia tetap memilih berada di sisi umatnya, mendampingi mereka di tengah reruntuhan dan ketakutan.

Patriarkat Latin Yerusalem mengecam keras insiden ini, menyebutnya sebagai tragedi yang tak bisa dibenarkan secara moral dan kemanusiaan. Serangan terhadap rumah ibadah dinilai mencerminkan betapa rentannya tempat suci di tengah konflik yang tak kunjung mereda. Gereja yang seharusnya menjadi simbol perdamaian dan perlindungan, justru berubah menjadi saksi bisu kekejaman perang.

Holy Family Church sendiri memiliki ikatan emosional khusus dengan mendiang Paus Fransiskus. Hingga wafatnya pada April 2025, Paus secara rutin menelepon gereja ini hampir setiap malam untuk memberikan semangat dan doa bagi umat di Gaza.

Serangan terhadap gereja ini menjadi potret kelam dari perang berkepanjangan, memperlihatkan bagaimana tempat ibadah pun tak luput dari kehancuran. Di balik dinding gereja yang rusak, ada tangis, doa, dan harapan yang terus bergema agar kemanusiaan kembali dijunjung dan perdamaian akhirnya diberi kesempatan. (*)


Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan