Proyek Kilang Minyak 1 Juta Barel Dinilai Ambisius dan Penuh Risiko

Proyek Kilang Minyak 1 Juta Barel Dinilai Ambisius dan Penuh Risiko. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co – Rencana besar pemerintah Indonesia membangun kilang dan fasilitas penyimpanan minyak berkapasitas total satu juta barel di 18 lokasi di seluruh Indonesia mulai menuai sorotan. Proyek yang disebut-sebut sebagai bagian dari program hilirisasi sektor ketahanan energi ini dinilai ambisius, namun menyimpan banyak tantangan dan potensi risiko tinggi.

Sebanyak 18 proyek hilirisasi, termasuk pembangunan kilang dan storage minyak, telah diserahkan kepada Danantara oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Nilai total investasi untuk proyek ini mencapai Rp232 triliun, terdiri atas Rp160 triliun untuk kilang minyak dan Rp72 triliun untuk tangki penyimpanan.

Salah satu target proyek adalah membangun fasilitas penyimpanan minyak mentah (crude storage) yang mampu menjamin ketahanan energi nasional selama 21 hari. Pemerintah berharap sinergi dengan Danantara mampu merealisasikan proyek yang masih berstatus perencanaan ini.

Namun, kalangan pelaku industri menilai proyek ini rawan mengalami pembengkakan biaya (cost overrun), terutama karena skala proyek yang besar dan tersebar. Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) menilai bahwa kilang-kilang berskala kecil dengan kapasitas 50.000 hingga 100.000 barel per hari cenderung memiliki biaya produksi per barel yang lebih tinggi dibanding kilang besar yang mampu memproduksi lebih dari 300.000 barel per hari.

Dengan biaya per unit yang tinggi, dikhawatirkan harga bahan bakar minyak (BBM) dari kilang-kilang tersebut bisa menjadi lebih mahal di pasaran. Aspermigas juga mengingatkan bahwa proyek-proyek seperti ini harus dikawal ketat mengingat keterlibatan dana publik melalui Danantara. Penilaian keekonomian dan kelayakan investasi harus dilakukan secara akurat agar tidak terjadi proyek mangkrak di kemudian hari.

Di sisi lain, lembaga kajian seperti Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) menilai pembangunan kilang di dalam negeri sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak. Namun, pembangunan kilang harus mempertimbangkan tren transisi energi global yang secara bertahap mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Ini menjadi tantangan tersendiri karena kilang adalah investasi jangka panjang yang memerlukan kepastian pasar.

Para ahli teknik perminyakan juga menekankan pentingnya studi komprehensif sebelum pembangunan kilang dilakukan. Aspek teknis, komersial, dan pasokan minyak mentah harus dirancang secara matang. Spesifikasi kilang juga harus disesuaikan dengan karakter minyak mentah yang akan diolah, termasuk jika minyak tersebut berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat.

Untuk menopang keberlangsungan kilang dalam jangka panjang, pemerintah dinilai perlu merancang program eksplorasi migas nasional dengan target 15 hingga 20 tahun ke depan. Harapannya, eksplorasi tersebut bisa menghasilkan temuan cadangan besar (giant discovery) yang akan mendukung swasembada energi dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan