Indonesia Berpeluang Kuasai Pasar Data Center Asia Tenggara

Ilustrasi data center. Foto Piaxabay--
Radarlambar.bacakoran.co – Indonesia dinilai memiliki peluang besar menjadi pemain utama industri pusat data (data center) di kawasan Asia Tenggara. Dengan lebih dari 354 juta koneksi seluler, ekosistem digital Tanah Air disebut sebagai pasar potensial yang mampu menarik investasi global.
Direktur Kebijakan dan Strategi Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi), Denny Setiawan, menjelaskan pertumbuhan pasar pusat data di Indonesia diproyeksikan meningkat pesat dengan laju pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 14 persen hingga 2028. Untuk memperkuat daya saing, pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui insentif pajak dan penyederhanaan regulasi.
Selain itu, pembangunan pusat data di Indonesia saat ini masih terkonsentrasi di Jakarta, Cikarang, dan Batam. Denny menekankan pentingnya distribusi ke wilayah barat, tengah, hingga timur Indonesia agar tidak membebani pasokan listrik dan air di wilayah tertentu.
Sementara itu, Ketua Indonesia Datacenter Provider (IDPRO), Hendra Suryakusuma, menambahkan bahwa ketersediaan listrik dan air menjadi faktor vital dalam industri pusat data. Ia mencontohkan moratorium pembangunan data center di Singapura pada 2019 akibat keterbatasan listrik, serta di Johor Baru, Malaysia, yang terkendala pasokan air karena berbagi dengan industri sawit.
Batam disebut sebagai salah satu lokasi strategis untuk pengembangan pusat data karena posisinya dekat dengan jalur komunikasi kabel laut serta memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park. Selain faktor lokasi, ketersediaan energi hijau juga menjadi penentu utama untuk menarik investasi global.
Data Komdigi menyebut, kapasitas pusat data di Indonesia saat ini baru sekitar 500 MW. Padahal, riset Structure Research memperkirakan kebutuhan ideal mencapai 2.700 MW. Jika kebijakan tepat dijalankan, pasar pusat data dan komputasi awan di ASEAN berpotensi mencapai US$600 miliar pada 2030, bahkan bisa menembus US$1 triliun. Dari angka tersebut, Indonesia diperkirakan meraih pangsa bisnis senilai US$5,82 miliar di 2030, naik signifikan dari US$2,52 miliar pada 2025.(*)