Israel Hadapi Tekanan Global, Benarkah Masuki "Momen Afrika Selatan"?

Benyamin Netanyahu . Foto/net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Israel kini menghadapi tekanan diplomatik dan ekonomi yang kian berat, hingga muncul pertanyaan apakah negara itu tengah memasuki "momen Afrika Selatan"—istilah untuk menggambarkan kondisi ketika kombinasi tekanan politik, sanksi ekonomi, serta boikot budaya dan olahraga memaksa suatu rezim berubah.

 

Dua mantan perdana menteri, Ehud Barak dan Ehud Olmert, menuding Israel telah berubah menjadi negara paria internasional. Surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) semakin membatasi ruang gerak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sementara sejumlah negara Eropa dan Teluk mulai mengambil langkah keras. Inggris, Prancis, Australia, Belgia, dan Kanada bahkan menyatakan akan mengakui Palestina pekan depan.

 

Belgia telah lebih dulu menjatuhkan sanksi, termasuk larangan impor dari permukiman Yahudi ilegal, pembatasan bantuan konsuler, hingga menyatakan persona non grata terhadap dua menteri garis keras Israel, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich. Spanyol menyusul dengan memperketat embargo senjata, melarang masuk pelaku genosida, hingga menutup pelabuhan dan wilayah udaranya dari pengiriman senjata menuju Israel.

 

Di sisi lain, Norwegia mengumumkan divestasi besar-besaran dari perusahaan Israel, sementara Uni Eropa berencana menangguhkan sebagian perjanjian dagang. Tekanan juga merambah ranah budaya dan olahraga: ancaman boikot Eurovision, protes di ajang balap Vuelta, hingga penolakan turnamen catur terhadap pemain Israel. Di Hollywood, lebih dari 4.000 sineas termasuk Emma Stone dan Javier Bardem menandatangani seruan boikot industri hiburan Israel.

 

Meski demikian, dukungan dari Amerika Serikat masih menjadi tameng utama. Menlu Marco Rubio menegaskan hubungan Washington–Tel Aviv tetap kuat. Namun, pengamat menilai isolasi Israel berpotensi semakin dalam jika tren boikot dan sanksi berlanjut.

 

Mantan diplomat Israel, Ilan Baruch, menilai tekanan internasional perlu diterima demi membuka jalan menuju solusi dua negara. Sementara mantan negosiator perdamaian Daniel Levy mengingatkan bahwa dukungan sebagian negara Eropa dan AS bisa menghambat upaya kolektif menekan Israel.

 

Netanyahu sendiri mengakui adanya “semacam isolasi ekonomi” dan menyatakan Israel harus mulai mengurangi ketergantungan pada perdagangan luar negeri. Namun banyak analis menilai, jika operasi militer di Gaza terus berlanjut, Israel berisiko terjerumus lebih jauh ke dalam isolasi global. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan