KFC Tutup 19 Gerai, 400 Karyawan Terkena PHK

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola restoran cepat saji KFC, menutup 19 gerai dan melakukan PHK terhadap 400 karyawan per September 2025. -Foto istockphoto-

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Gelombang penutupan gerai restoran cepat saji kembali melanda Indonesia. PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola jaringan restoran KFC, resmi menutup 19 gerai per September 2025. Keputusan ini berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 400 karyawan.

Manajemen perusahaan menjelaskan bahwa penutupan terjadi akibat berakhirnya masa sewa di sejumlah lokasi. Faktor tersebut diperburuk oleh kinerja bisnis yang belum sepenuhnya pulih sejak pandemi 2020. Meski begitu, perusahaan menegaskan langkah ini tidak sepenuhnya bersifat permanen. Sejumlah gerai yang ditutup rencananya akan direlokasi ke kawasan dengan potensi pasar lebih besar, seiring upaya menghidupkan kembali transaksi langsung di restoran.

Secara kinerja, KFC memang masih menghadapi tekanan berat. Laporan keuangan semester I 2025 menunjukkan perseroan membukukan rugi bersih Rp138,75 miliar, meski jumlah itu menyusut 60 persen dibandingkan periode sama 2024 yang mencapai Rp348,83 miliar. 

Penurunan rugi ditopang efisiensi di beban pokok penjualan yang menyusut menjadi Rp961,44 miliar dari Rp1,05 triliun. Akibatnya, laba bruto tercatat naik tipis menjadi Rp1,44 triliun. Namun, secara pendapatan, FAST justru mencatat pelemahan, turun 3,12 persen menjadi Rp2,40 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp2,48 triliun.

PHK terhadap 400 karyawan menambah daftar panjang pekerja di sektor ritel dan makanan yang kehilangan pekerjaan akibat tekanan bisnis. Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai daya tahan industri makanan cepat saji di tengah persaingan yang semakin ketat, perubahan perilaku konsumen, serta tingginya biaya operasional.

Bagi perusahaan, strategi relokasi gerai diharapkan mampu mengurangi beban dari lokasi dengan trafik rendah, sekaligus menjaga eksistensi merek KFC di pasar domestik. Namun, bagi pekerja yang terdampak, keputusan ini berarti kehilangan sumber penghasilan dan ketidakpastian masa depan di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.

Penutupan puluhan gerai sejak 2023 hingga 2025 menjadi gambaran bahwa transformasi bisnis ritel makanan cepat saji masih penuh tantangan. Jika relokasi tidak segera membuahkan hasil, bukan tidak mungkin perusahaan harus kembali mengorbankan aset dan tenaga kerja demi menjaga keberlangsungan usaha.(*/edi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan