Imbas Dugaan Bullying, Kemenag Pesbar akan Kumpulkan Madrasah

DP3AKB Pesbar bersama stakeholder terkait melakukan mediasi terkait dugaan bullying di MAN 1 Pesisir Barat. Foto Dok--

PESISIR TENGAH - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar) dalam waktu dekat akan mengumpulkan seluruh Madrasah di wilayah setempat. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya aksi perundungan atau bullying di lingkungan Madrasah, menyusul adanya dugaan kasus yang terjadi di MAN 1 Pesisir Barat.

Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Islam Kemenag Pesbar, Ahmad Khotob, S.Ag., M.M., mengatakan bahwa rencana pengumpulan seluruh pihak Madrasah menjadi langkah awal yang penting untuk memperkuat koordinasi, pembinaan, dan pengawasan di setiap satuan pendidikan di bawah naungan Kemenag. Hal itu juga menjadi bentuk tindak lanjut dari peristiwa dugaan bullying terhadap salah satu siswi di MAN 1 Pesisir Barat yang belakangan ini menjadi perhatian publik.

“Dengan adanya dugaan kejadian aksi bullying terhadap salah satu siswi di MAN 1 Pesisir Barat, tentu Kemenag Pesbar turut prihatin. Kami berharap pihak Madrasah dapat menyelesaikan persoalan tersebut secara objektif dan bijak,” ujar Ahmad Khotob, Rabu, 8 Oktober 2025.

Dijelaskannya, kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh Madrasah di bawah naungan Kemenag Pesbar agar lebih waspada dan peduli terhadap kondisi psikologis peserta didik. Pengawasan terhadap perilaku siswa selama proses pembelajaran di sekolah harus ditingkatkan, terutama pada jam-jam kegiatan belajar mengajar.

“Kami berharap agar pihak MAN 1 Pesisir Barat ke depan lebih memperhatikan situasi dan kondisi pembelajaran siswa, sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi. Hal ini juga harus menjadi perhatian bersama bagi seluruh Madrasah lainnya di Pesbar,” jelasnya.

Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Pesbar, Irhamudin, S.KM., membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait dugaan kasus bullying tersebut dari orang tua korban. Laporan itu disampaikan pada Selasa, 7 Oktober 2025 oleh orang tua siswi berinisial A, yang merupakan siswa kelas II MAN 1 Pesisir Barat.

“Setelah menerima laporan dari orang tua korban, tim DP3AKB langsung turun ke MAN 1 Pesisir Barat untuk menggali informasi dari pihak sekolah, guru, serta pihak-pihak yang terkait,” jelas Irhamudin.

Dari hasil penelusuran di lapangan, diketahui bahwa dugaan pelaku bullying berjumlah 17 siswa yang merupakan teman sekelas korban. Menindaklanjuti temuan tersebut, DP3AKB kemudian menjadwalkan mediasi pada Rabu, 8 Oktober 2025 dengan menghadirkan semua pihak terkait, mulai dari orang tua korban, orang tua para siswa terduga pelaku, pihak sekolah, kepolisian, hingga perwakilan anggota DPRD.

“Dari hasil mediasi, seluruh pihak telah sepakat untuk berdamai. Para siswa yang diduga melakukan tindakan bullying juga mengakui kesalahannya. Orang tua dari masing-masing pihak menerima dengan lapang dada dan sepakat untuk tidak melanjutkan persoalan ini ke ranah hukum,” katanya.

Ditambahkannya, berdasarkan informasi yang dihimpun, tindakan bullying yang dilakukan para siswa itu berupa perilaku tidak menyenangkan terhadap korban, seperti menyuruh-nyuruh untuk membeli sesuatu di kantin sekolah. Hal tersebut diduga membuat korban merasa tertekan dan menjadi lebih tertutup dalam kesehariannya di sekolah.

Meski kasus itu telah diselesaikan secara kekeluargaan, pihak DP3AKB tetap berkomitmen untuk melakukan pendampingan dan pemantauan terhadap kondisi psikologis korban. Selain itu, pihaknya juga melakukan pembinaan khusus kepada pihak sekolah agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi di kemudian hari.

“Kami berharap pihak Madrasah dapat meningkatkan pengawasan dan pendampingan terhadap para siswa. Kasus seperti ini tidak bisa dianggap sepele, karena dampaknya bisa sangat serius terhadap psikologis anak. Pencegahan harus menjadi fokus utama,” tegasnya.

Di sisi lain, Kepala MAN 1 Pesisir Barat, Arif Budiman, juga menyayangkan kejadian tersebut. Ia menegaskan bahwa pihaknya telah berupaya maksimal untuk menyelesaikan persoalan ini secara baik melalui pendekatan persuasif dan mediasi bersama pihak-pihak terkait. Menurutnya, langkah damai menjadi pilihan terbaik demi menjaga suasana kondusif di lingkungan sekolah.

“Alhamdulillah, kasus ini sudah diselesaikan dengan baik. Semua pihak sudah saling memaafkan dan sepakat berdamai. Kami juga berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap para siswa agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” pungkasnya.(yayan/*) 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan