Ratusan Tokoh Dunia Serukan Hentikan Pengembangan Superintelligence AI
Future of Life Institute (FLI) membuat petisi yang didukung ratusan tokoh publik untuk menghentikan pengembangan superintelligence AI. Istockphoto--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Ratusan tokoh publik dunia, mulai dari Co-founder Apple Steve Wozniak hingga Pangeran Harry dan Meghan Markle, menyerukan penghentian pengembangan kecerdasan buatan super atau superintelligence, yakni bentuk AI yang diyakini dapat melampaui manusia dalam hampir semua kemampuan kognitif.
Lebih dari 22 ribu orang telah menandatangani petisi yang dirilis pada Rabu (22/10) tersebut, termasuk pendiri Virgin Group Richard Branson, serta dua “bapak pendiri” AI modern, Yoshua Bengio dan Geoffrey Hinton.
Petisi itu memperingatkan bahwa pengembangan superintelligence bisa menimbulkan dampak eksistensial, mulai dari runtuhnya ekonomi manusia, hilangnya kebebasan dan martabat, hingga risiko keamanan nasional dan potensi kepunahan umat manusia.
“Kecerdasan super harus dilarang hingga ada dukungan publik yang kuat serta konsensus ilmiah bahwa teknologi tersebut dapat dibangun dan dikendalikan dengan aman,” tulis pernyataan yang dikutip dari CNBC.
Petisi ini disusun oleh Future of Life Institute (FLI), lembaga keamanan AI berbasis di AS yang sebelumnya menyerukan moratorium pengembangan AI canggih pada 2023.
Selain para ilmuwan dan tokoh teknologi, dukungan juga datang dari kalangan akademisi, pemimpin agama, tokoh media, hingga mantan pejabat tinggi AS, seperti mantan Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mike Mullen dan mantan Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice.
Superintelligence kini menjadi istilah populer di industri AI, terutama setelah xAI milik Elon Musk dan OpenAI milik Sam Altman berlomba menciptakan model bahasa besar (LLM) yang semakin canggih. Bahkan Meta telah menamai divisi risetnya “Meta Superintelligence Labs.”
Namun sejumlah pakar menilai, wacana tentang Artificial Superintelligence (ASI) lebih merefleksikan persaingan bisnis antarperusahaan raksasa teknologi, ketimbang kemajuan nyata dalam penciptaan kecerdasan yang melampaui manusia.
Menurut jajak pendapat yang dirilis FLI bersama The Guardian, tiga perempat warga Amerika Serikat menginginkan regulasi ketat terhadap AI canggih, dan 60 persen responden menilai AI superhuman sebaiknya tidak dikembangkan sebelum terbukti benar-benar aman.(*)