Wamenkomdigi Sebut AI Tak Akan Pernah Bisa Sepenuhnya Gantikan Manusia
Ilustrasi. Wamenkomdigi sebut AI tak akan bisa gantikan manusia sepenuhnya. Foto-REUTERS--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menegaskan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tidak akan pernah mampu sepenuhnya menggantikan peran manusia. Ia menilai komunikasi antarmanusia jauh lebih kompleks karena melibatkan gestur, ekspresi tubuh, hingga empati yang tak bisa direplikasi oleh mesin.
“Mesin artificial intelligence ini di belakangnya bekerja dengan rumus-rumus matematika, semuanya dengan angka-angka. Sementara kita punya cara berkomunikasi yang khas manusia, yang kadang hanya bisa dibaca oleh sesama manusia,” ujar Nezar mengutip Antara, Minggu (9/11).
Nezar menjelaskan, perkembangan AI telah membawa disrupsi besar di berbagai bidang, termasuk dalam cara manusia berkomunikasi. Kehadiran AI generatif memungkinkan pembuatan konten berupa teks, gambar, hingga video secara cepat, meski dengan keterlibatan manusia yang minim.
Namun, menurutnya, kecanggihan AI tetap memiliki batas.
“Satu hal yang membuat manusia berbeda dengan mesin ini adalah kemampuan empati dan kemampuan critical thinking,” kata Nezar.
Ia juga menyoroti risiko halusinasi AI, di mana sistem menghasilkan informasi yang tidak akurat atau bahkan fiktif. Nezar mencontohkan kasus sebuah konsultan internasional yang harus mengembalikan dana kepada pemerintah Australia setelah diketahui laporan risetnya bersumber dari data buatan AI yang tidak nyata.
“Salah satu konsultan terbesar di dunia harus mengembalikan uang karena hasil konsultansi yang mereka buat, riset dan survei yang mereka lakukan, ternyata berasal dari sumber yang fiktif. Mereka merujuk kepada sejumlah dokumen dan jurnal yang ternyata tidak pernah ada,” jelasnya.
Karena itu, Nezar menekankan pentingnya peran manusia dalam menjaga nilai etika dan kemanusiaan di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Ia mengajak para praktisi komunikasi untuk terus mengasah empati serta kemampuan berpikir kritis agar pesan yang disampaikan tetap manusiawi dan bermakna.
“Teknologi hanyalah alat. Di balik setiap keputusan penting, tetap harus ada sentuhan manusia,” tutup Nezar.(*)