Kue Lontar Papua, Manisnya Tradisi yang Mengikat Silaturahmi di Setiap Perayaan

Kue Lontar hidangan kuliner khas Papua. Foto _ Net.--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Di antara berbagai kuliner khas Nusantara, Papua memiliki satu sajian yang istimewa dan kerap menjadi simbol kehangatan dalam setiap momen kebersamaan, yaitu kue lontar. Kudapan manis berwarna kuning cerah dengan bentuk menyerupai pie susu ini memiliki daya tarik tersendiri bukan hanya karena rasanya yang memanjakan lidah, tetapi juga karena nilai historis serta tradisi yang melekat dalam penyajiannya.

Teksturnya lembut di bagian dalam dengan kulit pinggir yang renyah, menghadirkan sensasi makan yang sulit untuk dilupakan. Menariknya, kue yang kini menjadi ikon kuliner Papua ini justru tidak menggunakan sagu sebagai bahan dasar, padahal sagu merupakan bahan pangan yang sangat identik dengan Papua. Kue lontar dibuat dari bahan-bahan seperti tepung terigu, margarin, susu, telur, dan vanili.

Komposisi tersebut membuat rasanya mudah diterima oleh masyarakat luas, bahkan oleh mereka yang baru pertama kali mencobanya. Sentuhan susu menjadikan kue ini terasa creamy dan manisnya tidak berlebihan, sehingga cocok dinikmati oleh segala usia.

Kue lontar memiliki tempat istimewa dalam berbagai acara penting masyarakat Papua. Saat Hari Raya Idulfitri dan Natal, hampir setiap rumah menyiapkan kue ini sebagai hidangan utama untuk menyambut tamu dan keluarga yang datang bersilaturahmi. Pada bulan Ramadan, kue lontar juga banyak diburu sebagai menu pembuka puasa, karena rasa manis dan teksturnya yang lembut membantu memulihkan energi setelah seharian berpuasa.

Keberadaan kue ini di meja makan seolah menjadi tanda bahwa momen perayaan telah tiba. Ciri khas kue lontar terletak pada cetakan yang digunakan. Kue ini biasanya dipanggang di atas piring keramik sehingga menghasilkan bentuk bulat sempurna. Di Papua, ukuran kue lontar umumnya cukup besar, dengan diameter mencapai 20 sentimeter sehingga bisa dinikmati bersama-sama oleh 8 hingga 10 orang.

Kini, seiring meningkatnya minat wisatawan, tersedia juga kue lontar versi mini berdiameter sekitar 8 sentimeter yang diproduksi khusus sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke daerah asal. Kue lontar memiliki sejarah panjang yang terkait dengan masa kolonial Belanda. Diperkirakan kudapan ini pertama kali diperkenalkan sekitar awal abad ke-20 oleh tentara Hindia Belanda yang ditempatkan di wilayah Fakfak.

Pada masa itu, mereka membawa resep kue bernama ronde taart yang secara harfiah berarti kue bundar. Karena masyarakat setempat kesulitan melafalkan istilah tersebut, nama itu perlahan berubah menjadi “lontar”. Pada awalnya, para serdadu mengajarkan cara membuat kue tersebut kepada penduduk lokal agar mereka tidak perlu mendatangkannya dari Belanda. Seiring waktu, masyarakat Papua semakin mahir mengolahnya dan akhirnya kue ini menyebar luas ke berbagai daerah.

Bahan-bahan utama pembuat kue lontar yang dulu harus didatangkan dari Belanda kini dapat dengan mudah ditemukan di Papua, membuat proses pembuatan kue ini semakin praktis. Tidak hanya diproduksi untuk keperluan keluarga atau acara keagamaan, banyak pelaku UMKM yang menjadikannya komoditas kuliner untuk dijual kepada wisatawan dan masyarakat umum.

Bagi yang ingin menghadirkan cita rasa Papua di rumah, membuat kue lontar sebenarnya tidak terlalu rumit. Untuk porsi empat hingga enam orang, bahan kulit yang diperlukan terdiri dari 200 gram tepung terigu, 100 gram margarin, dan satu butir telur ayam. Sementara untuk bagian isi, sediakan satu kaleng susu kental manis, satu gelas air hangat, lima kuning telur, dua bungkus vanili bubuk atau dua sendok makan vanili cair, serta gula sesuai selera.

Proses pembuatannya dimulai dengan menyiapkan kulit kue. Cetakan atau piring keramik diolesi terlebih dahulu dengan margarin agar adonan tidak menempel. Setelah itu, campurkan tepung, margarin, dan telur hingga merata. Jika teksturnya terlalu lembek, tambahkan tepung sedikit demi sedikit hingga adonan mudah dibentuk. Gilas adonan hingga tipis, kemudian letakkan di atas cetakan.

Sementara itu, semua bahan isian dicampur dalam satu wadah dan diaduk sampai rata. Agar menghasilkan tekstur yang halus, saring adonan isi langsung ke atas kulit kue. Setelah cetakan terisi, masukkan ke dalam oven pada suhu sekitar 180 derajat Celsius selama 15 menit. Selanjutnya, kecilkan suhu menjadi 160 derajat Celsius dan lanjutkan pemanggangan selama kurang lebih 45 menit hingga kue matang sempurna. Setelah dikeluarkan dari oven, biarkan dingin sebelum dihidangkan.

Kelezatan kue lontar bukan sekadar berasal dari bahan atau teknik pembuatannya, tetapi juga nilai budaya yang menyertainya. Sajian ini menjadi representasi keramahan masyarakat Papua dan hadir sebagai penghubung persaudaraan di setiap momentum penting. Kue lontar adalah bukti bahwa kuliner dapat menjadi medium pelestarian sejarah sekaligus memperkuat identitas suatu daerah.(yayan/*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan