Radarlambar.bacakoran.co -Pemimpin pemberontak Suriah, Abu Mohammed al-Julani dari kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), merayakan kemenangan besar mereka di Masjid Umayyad di Damaskus pada Minggu (8/12/2024). Kemenangan ini terjadi setelah serangan mendadak yang berlangsung selama 11 hari, yang berhasil menggulingkan kekuasaan Presiden Bashar al-Assad dan memaksa Assad melarikan diri ke Rusia.
Masjid Umayyad, yang merupakan salah satu situs bersejarah terbesar di Suriah, menjadi simbol penting dalam pengumuman kemenangan ini. Al-Julani, yang menggunakan nama asli Ahmed al-Sharaa, disambut dengan sorakan dan takbir dari para pendukungnya saat memasuki masjid. Dalam pidatonya, al-Julani menyatakan bahwa kemenangan HTS di Suriah adalah kemenangan bagi seluruh umat Muslim, dan ia menekankan bahwa Suriah kini telah "dimurnikan" dari kekuasaan yang menurutnya telah berada di bawah pengaruh Iran dan kelompok Hizbullah.
Al-Julani juga mengkritik keras rezim Assad yang selama 50 tahun berkuasa memimpin Suriah dengan "tangan besi". Ia menggambarkan pemerintahan Assad sebagai rezim yang brutal dan sektarian, dengan Suriah yang telah berubah menjadi tempat bagi ambisi Iran dan dominasi sektarianisme. Kemenangan ini dianggap sebagai simbol dari perjuangan rakyat Suriah dan para mujahidin yang telah berjuang melawan penindasan.
Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya merupakan cabang Al-Qaeda di Suriah, memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda pada 2016 dan sejak itu berusaha membentuk citra yang lebih moderat, meskipun masih dianggap sebagai kelompok teroris oleh beberapa negara Barat. HTS semakin kuat seiring berjalannya waktu dan kini menguasai wilayah barat laut Suriah, terutama di provinsi Idlib, tempat mereka mendirikan pemerintahan sipil yang disebut Pemerintah Keselamatan.
Bashar al-Assad, yang melanjutkan kepemimpinan negara ini setelah ayahnya Hafez al-Assad, menghadapi protes yang berkembang menjadi perang saudara sejak 2011. Rezimnya terkenal dengan tindakan keras terhadap oposisi, yang termasuk kekerasan brutal terhadap warga sipil, yang memicu intervensi internasional dan pembentukan berbagai kelompok pemberontak, termasuk HTS. (*)
Kategori :