PESISIR SELATAN - Konflik antara manusia dan satwa liar, dalam hal ini harimau sumatera, kembali mengancam kehidupan masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), khususnya di Pekon Pelitajaya, Kecamatan Pesisir Selatan. Teror harimau yang sering meresahkan warga ini berpotensi merusak perekonomian setempat jika tidak segera ditangani dengan serius.
Masyarakat diwilayah itu yang sebagian besar menggantungkan hidup dari hasil perkebunan dan persawahan, kini harus menghadapi ancaman yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pemkab setempat bersama instansi terkait akan tetap berupaya dalam mengatasi hal tersebut.
Menurut Penjabat (Pj) Sekda Kabupaten Pesbar, Drs. Jon Edwar, M.Pd., meski hingga kini belum ada dampak ekonomi yang terlihat signifikan pada sektor pertanian, dampak terhadap perkebunan sudah mulai terasa. Sebagian besar masyarakat di Pekon Pelitajaya menggantungkan hidup dari perkebunan damar dan hasil bumi lainnya.
“Lokasi-lokasi itu kini menjadi jalur perlintasan harimau, yang menyebabkan warga harus berhati-hati dan bahkan menghentikan aktivitas mereka untuk menghindari risiko serangan satwa liar tersebut,” kata Jon Edwar setelah mengikuti rapat penanganan konflik satwa liar di Balai Pekon Pelitajaya pada Rabu, 18 Desember 2024.
Ditambahkannya, meski musim tanam padi sedang berjalan dan belum terlihat dampak signifikan terhadap sektor pertanian, keberadaan harimau yang memangsa hewan ternak warga menjadi ancaman nyata bagi kesejahteraan mereka.
“Sektor perkebunan yang lebih dulu terpengaruh, dengan warga yang khawatir akan ancaman serangan harimau ketika mereka mengambil hasil bumi,” jelasnya.
Masih kata dia, konflik antara manusia dan satwa liar ini menjadi persoalan yang cukup serius karena masyarakat setempat sering beraktivitas di area yang kini menjadi wilayah jelajah harimau yang merupakan wilayah hutan produksi, bukan hutan lindung atau kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Hal ini memperburuk kondisi, mengingat sebagian besar warga masih mengandalkan wilayah tersebut untuk bertani dan berkebun.
“Karena itu, kita berharap agar instansi terkait dapat terus bersama-sama menanggulangi masalah ini. Jika kondisi ini terus berlarut, dampaknya tidak hanya akan menghambat ekonomi masyarakat, tetapi juga berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka,” tandasnya. *