Radarlambar.bacakoran.co- Turbulensi adalah fenomena yang sering menjadi ketakutan bagi penumpang pesawat, terutama saat cuaca buruk. Namun, turbulensi juga bisa terjadi saat cuaca cerah, sehingga bisa dikatakan bahwa turbulensi dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Biasanya, turbulensi disebabkan oleh pegunungan, badai, atau arus jet stream yang kuat.
Sebuah laporan dari CNN, yang mengutip situs pelacak Turbli.com, menyebutkan bahwa pegunungan Andes di Amerika Selatan dan Pegunungan Himalaya di Asia merupakan penyebab utama terjadinya turbulensi. Data dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional serta Kantor Meteorologi Inggris juga menunjukkan hal serupa.
Setelah menganalisis 10.000 rute penerbangan yang menghubungkan 550 bandara terbesar di dunia, ditemukan bahwa rute paling rentan terhadap turbulensi adalah perjalanan antara Mendoza (MDZ) dan Santiago (SCL), yang sejauh 196 kilometer.
Selain itu, peningkatan suhu juga bisa menyebabkan turbulensi udara bersih yang parah, yang terjadi dengan cepat tanpa petunjuk visual sebelumnya. Meskipun insiden turbulensi diperkirakan akan meningkat, para ahli menegaskan bahwa hal ini tidak berarti terbang akan menjadi kurang aman.
Untuk pemeringkatan rute turbulensi, tim mengevaluasi data dari prakiraan turbulensi yang tercatat sepanjang tahun, dengan mengukur turbulensi menggunakan tingkat disipasi pusaran (eddy dissipation rate/EDR). Turbulensi dikategorikan dalam lima tingkat, yakni ringan (0-20), sedang (20-40), kuat (40-60), parah (60-80), dan ekstrem (80-100).
Berdasarkan pemeringkatan tersebut, berikut adalah 10 rute yang paling sering mengalami turbulensi pada tahun 2024:
1. Mendoza (MDZ) - Santiago (SCL)
2. Kordoba (COR) - Santiago (SCL)
3. Mendoza (MDZ) - Salta (SLA)
4. Mendoza (MDZ) - San Carlos de Bariloche (BRC)
5. Kathmandu (KTM) - Lhasa (LXA)
6. Chengdu (CTU) - Lhasa (LXA)
7. Santa Cruz (VVI) - Santiago (SCL)
8. Kathmandu (KTM) - Paro (PBH)
9. Chengdu (CTU) - Xining (XNN)