Indonesia Dapat Belajar dari Singapura dalam Menangani Bonus Demografi dan Beasiswa Tanpa Batasan Usia

Jumat 24 Jan 2025 - 09:58 WIB
Reporter : Mujitahidin
Editor : Mujitahidin


Radarlambar.Bacakoran.co - Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo, menegaskan bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan besar dalam demografi pada masa mendatang. Menurutnya, negara ini akan segera kehilangan "bonus demografi" yang telah memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi, dan akan memasuki fase "aging society" (masyarakat yang menua). Hal itu diungkapkan Suryo saat menghadiri acara “Mantap Shiok! 2025” yang digelar oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Singapura di Kedutaan Besar Republik Indonesia Singapura, Sabtu 18 Januari 2025 kemarin.


Ancaman "Aging Society"
Suryo menjelaskan bahwa Indonesia diperkirakan akan kehilangan bonus demografinya pada tahun 2035, dengan batas waktu paling lama pada tahun 2040. Setelah itu, Indonesia akan menghadapi tantangan signifikan berupa peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. Kondisi "aging society" ini berpotensi mempengaruhi banyak sektor, terutama tenaga kerja, sistem pensiun, dan layanan kesehatan.


Pentingnya Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Untuk menghadapinya, Indonesia perlu menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan global. Menurut Suryo, pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) harus menjadi fokus utama agar Indonesia dapat mempertahankan daya saingnya di tengah perubahan demografi. Selain itu, upaya untuk melibatkan orang dewasa dalam pelatihan keterampilan baru dan menciptakan ekosistem yang memungkinkan lansia untuk tetap produktif juga sangat penting.


Belajar dari Singapura
Suryo juga menekankan bahwa Indonesia dapat mengambil pelajaran dari kebijakan pendidikan di Singapura, yang telah memberikan subsidi pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi warga lanjut usia. Menurutnya, LPDP Singapura dapat menjadi model dalam menyusun strategi pendidikan yang dapat membantu Indonesia menghadapi tantangan ini.


Ketua Executive Committee LPDP Singapura, Kustomo, menyatakan bahwa tujuan utama organisasi ini adalah untuk memfasilitasi transisi akademik, memberikan bimbingan, dan menyediakan jejaring bagi mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di Singapura. Kustomo menjelaskan bahwa jumlah mahasiswa Indonesia, khususnya penerima beasiswa LPDP, terus meningkat setiap tahunnya, dan LPDP Singapura berperan dalam memperkuat komunitas diaspora di negara tersebut.


Kompetisi dan Keragaman Pendidikan di Singapura
Dalam acara yang sama, Dr. Rosita Samsudin, seorang peneliti dan dosen di National University of Singapore (NUS), berbicara mengenai sisi kompetitif dan keragaman dalam pendidikan di Singapura. Dr. Samsudin menjelaskan bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di Singapura harus siap untuk menerima berbagai perspektif dan beradaptasi dengan standar akademik yang tinggi. Ia juga mendorong akademisi Indonesia yang berencana melanjutkan studi di Singapura untuk aktif bertanya dan berdiskusi agar dapat memahami ekspektasi akademik yang ada di sana.


Singapura, yang memiliki anggaran besar untuk penelitian, membuka banyak kesempatan bagi mahasiswa internasional, termasuk mahasiswa Indonesia, untuk mendapatkan beasiswa. Oleh karena itu, kesempatan untuk belajar di Singapura menjadi peluang emas bagi mereka yang ingin memperluas wawasan dan mengembangkan kemampuan akademik mereka.


Tantangan bonus demografi dan transisi menuju "aging society" menjadi perhatian besar bagi Indonesia dalam menghadapi masa depan. Dengan melihat kebijakan pendidikan dan pelatihan yang ada di Singapura, Indonesia dapat merumuskan strategi yang lebih baik dalam mempersiapkan generasi muda dan masyarakat lanjut usia. Selain itu, peluang pendidikan di luar negeri, seperti melalui beasiswa LPDP, dapat menjadi langkah penting dalam memperkuat kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi perubahan ini.(*)

 

Kategori :