Kekuatan Baru China-Rusia: Petaka Besar Ancam Amerika

Sabtu 08 Feb 2025 - 10:57 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Budi Setiawan

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Dunia teknologi memasuki babak baru yang bisa mengubah keseimbangan kekuatan global. 

Rusia dan China kini semakin erat dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), sebuah langkah yang dianggap sebagai ancaman besar bagi dominasi Amerika Serikat (AS).

Langkah terbaru ini diungkapkan oleh Wakil CEO Pertama Sberbank, Alexander Vedyakhin, yang mengkonfirmasi bahwa bank terbesar Rusia itu akan bekerja sama dengan peneliti China untuk proyek AI masa depan. 

Salah satu mitra potensial adalah DeepSeek, startup asal Hangzhou yang mulai mengguncang industri AI dengan modelnya yang lebih murah dibandingkan raksasa AI asal AS, seperti Nvidia dan OpenAI.

 

Kolaborasi Teknologi yang Mengguncang Barat

Bukan rahasia lagi bahwa Rusia dan China telah lama membangun hubungan erat dalam berbagai sektor strategis, termasuk AI dan militer. Namun, sebagian besar kerja sama ini berlangsung di balik layar dan hanya sedikit informasi yang bocor ke publik.

Sberbank, di bawah kepemimpinan German Gref, telah berevolusi dari bank tabungan era Soviet menjadi kekuatan utama dalam inovasi teknologi Rusia. Pada 2023, mereka meluncurkan model AI mereka sendiri, GigaChat, yang digadang-gadang sebagai pesaing ChatGPT.

Kini, dengan potensi kerja sama bersama China, lanskap teknologi global bisa berubah drastis. Jika DeepSeek dan ilmuwan Rusia berhasil mengembangkan AI yang lebih canggih dan ekonomis, dominasi perusahaan-perusahaan AI AS bisa terguncang.

 

Washington Semakin Terdesak?

Kolaborasi antara Beijing dan Moskow ini muncul di tengah memanasnya persaingan teknologi global. China dan AS sudah lama bersaing dalam berbagai bidang strategis, dari AI dan komputasi kuantum hingga biologi sintetis dan kekuatan militer.

Sementara itu, Barat terus berusaha mengisolasi Rusia akibat perang di Ukraina, tetapi langkah tersebut justru mendorong Moskow semakin dekat dengan Beijing. Dalam beberapa kesempatan, Presiden Vladimir Putin bahkan menyebut China sebagai "sekutu strategis".

Bagi AS dan sekutunya, hubungan erat ini bukan sekadar kerja sama biasa—ini adalah peringatan bahwa mereka harus bersiap menghadapi persaingan yang lebih sengit. Jika Rusia dan China berhasil menciptakan AI unggulan dengan biaya lebih rendah, maka dominasi teknologi yang selama ini dipegang Barat bisa mulai runtuh.

Dunia kini menyaksikan pergeseran besar dalam peta kekuatan teknologi global. Apakah kolaborasi Rusia-China akan menjadi awal dari era baru yang menggeser dominasi AI dari tangan Amerika? Waktu yang akan menjawab. (*)

Kategori :