Lubang Koronal Matahari Lepaskan Angin Panas Menuju Bumi

Foto: Konsep artistik tahun 2018 menunjukkan wahana antariksa Parker Solar Probe terbang ke atmosfer luar Matahari, yang disebut korona, dalam misi untuk membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang Matahari. Foto:REUTERS/NASA--
Radarlambar.bacakoran.co– Sebuah fenomena menarik kembali terjadi di permukaan Matahari. Sebuah area besar yang tampak seperti 'mulut menganga' terlihat melepaskan pancaran panas ke arah Bumi. Area ini bukanlah lubang secara fisik, melainkan dikenal sebagai lubang koronal — wilayah di mana garis medan magnet Matahari terbuka, memungkinkan angin surya keluar dengan kecepatan tinggi.
Menurut laporan Science Alert, lubang koronal merupakan area dengan suhu dan kepadatan lebih rendah dari plasma di sekitarnya, sehingga terlihat gelap dalam pengamatan sinar ultraviolet. Wilayah ini menjadi saluran terbuka bagi partikel bermuatan yang dikeluarkan Matahari, yang dikenal sebagai angin surya, untuk menyebar ke seluruh tata surya.
Dalam pengamatan terkini, lubang koronal ini menampilkan konfigurasi visual yang unik — menyerupai wajah yang sedang berteriak, dengan celah besar seperti mulut di bagian selatan Matahari, serta dua bintik yang menyerupai mata di utara.
Meskipun tampak mengintimidasi, ilmuwan menyatakan bahwa fenomena ini tergolong normal dalam siklus aktivitas Matahari. Angin surya dari lubang koronal kadang memicu badai geomagnetik ketika bertabrakan dengan medan magnet Bumi. Namun, jenis badai ini biasanya tergolong ringan jika dibandingkan dengan efek yang dihasilkan oleh lontaran massa koronal (CME) yang lebih eksplosif.
Badan meteorologi Inggris, Met Office, menginformasikan bahwa lubang koronal yang muncul kali ini terletak di wilayah selatan Matahari, dan diperkirakan hanya akan memicu interaksi geomagnetik ringan dengan Bumi.
"Angin surya dari lubang koronal ini kemungkinan hanya memberikan efek lemah karena letaknya yang cukup jauh di belahan selatan," demikian pernyataan Met Office.
Sementara itu, Matahari memang tengah memasuki fase aktif, ditandai dengan munculnya flare dan CME yang cukup sering. Belum lama ini, Bumi sempat mengalami badai geomagnetik kategori G4, yang memicu tampilan aurora berwarna-warni di wilayah lintang tinggi yang biasanya tidak menyaksikan fenomena ini.
Fenomena lubang koronal seperti ini memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk terus memantau dampak aktivitas Matahari terhadap cuaca antariksa dan teknologi komunikasi di Bumi.(*)