Kompos Jasad Manusia Ramai Digunakan, Disebut Lebih Ramah Bagi Bumi

Minggu 09 Feb 2025 - 16:30 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co- Pengomposan manusia kini muncul sebagai alternatif baru yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan metode pemakaman tradisional seperti penguburan atau kremasi.

Proses pengomposan ini mengubah tubuh manusia menjadi tanah dalam waktu yang lebih singkat, memungkinkan sisa-sisa tubuh bertransformasi menjadi bahan organik yang berguna bagi alam.

Menurut CEO Earth Funeral, Tom Harries, pengomposan manusia pada dasarnya mempercepat proses alami yang terjadi di lantai hutan. Proses ini tidak hanya lebih cepat, tetapi juga lebih ramah terhadap iklim karena tidak menggunakan bahan kimia pengawet seperti dalam pemakaman tradisional yang memanfaatkan formaldehid, atau menghasilkan emisi karbon seperti pada proses kremasi.

Pengomposan manusia dipandang sebagai pilihan yang lebih berkelanjutan dalam dunia pemakaman, mengingat dampak besar yang dihasilkan oleh metode-metode konvensional terhadap lingkungan.

Salah satu contoh penerapan pengomposan manusia adalah kisah Laura Muckenhoupt yang menguburkan putranya, Miles, dengan metode ini setelah ia meninggal di usia 22 tahun. Dalam beberapa tahun setelahnya, tanah yang dihasilkan dari tubuh Miles digunakan untuk menumbuhkan berbagai tanaman, termasuk pohon markisa di Portugal dan pakis di Hawaii.

Muckenhoupt mengungkapkan bahwa meski kesedihan tetap ada, ia merasa terhibur dengan mengetahui bahwa tanah yang dihasilkan dari tubuh anaknya turut memberikan kehidupan baru bagi alam.

Proses pengomposan manusia itu sendiri dilakukan dengan cara membungkus tubuh yang telah diproses dalam kain kafan yang dapat terurai secara hayati dan menempatkannya dalam kapsul logam yang berisi campuran serpihan kayu, mulsa, dan bunga liar.

Setelah sekitar 45 hari, tubuh akan terurai menjadi sekitar 136 kilogram tanah yang kaya akan unsur hara. Tanah ini kemudian dapat diambil oleh keluarga untuk digunakan dalam penanaman tanaman, atau dikirimkan ke proyek konservasi.

Tren pengomposan manusia semakin berkembang setelah metode ini disahkan di 12 negara bagian di Amerika Serikat, dengan delapan negara bagian lainnya sedang mempertimbangkan rancangan undang-undang serupa.

Praktik ini semakin populer karena dampaknya yang lebih ramah lingkungan, serta memberikan alternatif yang lebih bernilai bagi mereka yang mencari cara yang lebih berkelanjutan dalam menghadapi kematian. 

Proses pengomposan manusia ini memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan dan konservasi lingkungan, sekaligus menciptakan cara baru bagi keluarga untuk mengenang orang yang telah meninggal melalui kontribusi mereka terhadap alam.(*)

Kategori :