Penerjunan Bantuan di Gaza Dihentikan, Dituding Picu Korban Jiwa Baru

Penerjunan Bantuan di Gaza Dihentikan, Dituding Picu Korban Jiwa Baru. Foto/net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Otoritas di Gaza mendesak penghentian pengiriman bantuan kemanusiaan lewat udara karena dinilai justru memperparah kondisi kemanusiaan yang sudah kritis. Bantuan yang dijatuhkan dari udara tidak hanya gagal mengatasi krisis kelaparan, tetapi juga telah menimbulkan korban jiwa di kalangan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Situasi diperparah dengan jatuhnya kontainer bantuan ke permukiman warga dan area pengungsian, sehingga memicu insiden yang berujung pada kerusakan hingga kematian. Selain itu, kondisi kelaparan yang ekstrem membuat warga berebut bantuan secara masif, menyebabkan kekacauan dan risiko tinggi saat distribusi berlangsung.
Di tengah kelangkaan pangan yang akut, Pemerintah Gaza menegaskan bahwa satu-satunya solusi efektif adalah membuka seluruh titik perbatasan darat untuk memastikan aliran bantuan berjalan aman dan terkontrol. Metode distribusi melalui udara dinilai tidak efisien serta membahayakan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah mengungkapkan peningkatan drastis kematian akibat malanutrisi di wilayah tersebut. Sekitar 10 persen penduduk Gaza disebut terdampak malanutrisi akut, dan lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui yang diperiksa menderita malanutrisi parah.
Kondisi semakin memburuk setelah pengiriman bantuan sempat dihentikan, disusul pembatasan akses masuk ke Gaza. Pada 26 Juli 2025, Israel kembali mengizinkan distribusi bantuan udara oleh sejumlah negara asing, yang dikoordinasikan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Amerika Serikat.
Namun, media internasional melaporkan bahwa di tengah proses distribusi bantuan, militer Israel tetap melakukan penembakan terhadap warga Palestina yang mengantre untuk mendapatkan makanan, memperburuk krisis dan mencederai upaya pemulihan kemanusiaan yang sedang diupayakan. (*)