RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Ramadhan dan Lebaran 2025 sudah di depan mata, dan seperti biasanya, periode ini menjadi momen peningkatan konsumsi masyarakat.
Para pengusaha ritel optimistis dapat mencapai penjualan hingga Rp75 triliun berkat berbagai program diskon dan promosi.
Salah satu inisiatif utama adalah program Friday Mubarak, yang berlangsung sepanjang bulan puasa hingga 31 Maret 2025.
Selain itu, program Belanja di Indonesia Aja (BINA) Lebaran dan Bazar Ramadan & Lebaran Sale juga diharapkan mendorong konsumsi dalam negeri.
Tahun lalu, Ramadhan dan Lebaran yang jatuh pada Maret dan April 2024 mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% secara tahunan (year on year/yoy), dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 54,93%.
Konsumsi terbesar tercatat di sektor transportasi, komunikasi, restoran, dan hotel. Namun, dibandingkan dengan periode Ramadhan dan Lebaran 2023 yang jatuh di kuartal II, pertumbuhan konsumsi tahun lalu lebih terbatas.
Pemerintah pun mendukung berbagai program belanja ini. Kementerian Perdagangan menargetkan program BINA Lebaran dapat menyumbang Rp30 triliun dari total penjualan ritel selama Ramadhan.
Tak hanya meningkatkan daya beli masyarakat, program ini juga diharapkan memberikan dorongan bagi UMKM melalui prioritas penjualan produk lokal.
Optimisme terhadap peningkatan konsumsi juga disampaikan oleh para ekonom. Secara historis, konsumsi rumah tangga selalu naik saat Ramadhan dan Lebaran, didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat, penjualan ritel, serta mudik Lebaran.
Pada Maret 2024, misalnya, Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat sebesar 235,4, tumbuh 9,3% secara tahunan. Lonjakan terjadi pada berbagai sektor, seperti sandang (20,6%), suku cadang kendaraan (17,3%), serta makanan, minuman, dan tembakau (10,4%).
Namun, tantangan tetap ada. Penurunan daya beli masyarakat menjadi perhatian utama, yang tercermin dari tingkat inflasi yang rendah sejak awal 2025.
Pada Januari, BPS mencatat deflasi sebesar 0,76% (month to month), dengan inflasi tahunan hanya 0,76%.
Salah satu faktor yang menekan inflasi adalah diskon tarif listrik 50% untuk pelanggan dengan daya 450-2.200 VA.
Selain itu, gelombang PHK yang terjadi sejak 2024 semakin memperburuk daya beli masyarakat.
Sepanjang tahun lalu, lebih dari 77.000 tenaga kerja terkena PHK, dan pada Januari 2025 jumlahnya bertambah 4.050 orang.