BALIKBUKIT – Petani sawi di Kabupaten Lampung Barat menghadapi ancaman gagal panen akibat tingginya curah hujan dalam beberapa pekan terakhir. Intensitas hujan yang terus meningkat menyebabkan kelembaban tinggi, memicu serangan hama dan penyakit yang berdampak buruk pada pertumbuhan tanaman.
Husein, seorang petani di Pekon Tanjungraya, mengatakan bahwa kondisi cuaca yang tidak menentu ini membuat tanaman sawi miliknya rentan terserang penyakit, terutama bercak hitam yang menyerang batang dan daun. Jika tidak segera diatasi, penyakit ini dapat menyebabkan tanaman layu dan mati sebelum memasuki masa panen.
“Biasanya tanda-tanda awal serangan penyakit ini muncul dari bercak-bercak hitam di batang, lalu menyebar ke daun. Kalau dibiarkan, tanaman bisa layu dan akhirnya mati. Ini sangat merugikan kami karena biaya perawatan semakin besar,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa dalam kondisi cuaca normal, penyemprotan pestisida dilakukan lima hari sekali untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Namun, dengan intensitas hujan yang tinggi, petani harus meningkatkan frekuensi penyemprotan menjadi setiap tiga hari sekali agar tanaman tetap sehat dan tidak mengalami kerusakan lebih parah.
“Hujan yang terlalu sering ini membuat kami harus lebih sering menyemprotkan obat. Kalau dibiarkan, penyakitnya makin menyebar dan bisa menyebabkan gagal panen. Tapi biaya perawatan juga jadi bertambah karena kami harus membeli pestisida lebih banyak,” ujarnya.
Menurutnya, hujan yang terus-menerus tidak hanya berdampak pada kondisi tanaman, tetapi juga memperburuk struktur tanah di lahan pertanian. Genangan air yang terbentuk di sekitar tanaman membuat akar lebih rentan membusuk, menghambat pertumbuhan, dan menyebabkan tanaman tidak berkembang dengan baik.
“Tanaman sawi butuh kondisi tanah yang cukup kering agar bisa tumbuh optimal. Kalau terlalu banyak air, pertumbuhan terganggu, daunnya jadi mudah menguning, dan akhirnya mati sebelum panen,” jelasnya.
Selain ancaman gagal panen, para petani juga khawatir dengan potensi penurunan harga jual jika pasokan sawi melimpah di pasaran akibat hasil panen dari daerah lain yang tidak terdampak hujan deras. Sebaliknya, jika produksi menurun akibat cuaca ekstrem, harga bisa naik, tetapi petani yang gagal panen tidak bisa menikmati keuntungan tersebut.
“Kami sebenarnya berharap kalau panen kali ini bisa mendapat harga yang bagus, apalagi sebentar lagi masuk bulan Ramadan. Biasanya permintaan naik dan harga bagus. Tapi kalau hujan terus begini, biaya perawatan tinggi, hasil panen juga belum tentu bagus,” tambahnya.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, petani berharap Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) bisa memberikan solusi, seperti pendampingan dalam pengendalian hama serta bantuan pupuk dan pestisida untuk meringankan beban biaya produksi. *