Ukraina Tetap Komitmen Kerja Sama dengan AS Meski Bantuan Militer Dihentikan

Rabu 05 Mar 2025 - 13:43 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, menegaskan bahwa Ukraina tetap berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama dengan Amerika Serikat meskipun Washington baru-baru ini menghentikan bantuan militer ke Kiev. Dalam sebuah konferensi pers pada Selasa (4/3), Shmyhal menegaskan bahwa Ukraina akan terus menjalin hubungan dengan AS melalui jalur diplomatik dan cara-cara lain yang memungkinkan, meskipun bantuan militer AS sangat penting bagi keberlangsungan perjuangan Ukraina.

Shmyhal menekankan bahwa bantuan militer dari AS telah banyak menyelamatkan nyawa warga Ukraina selama perang dengan Rusia. Ia juga menyatakan bahwa perjanjian damai yang diinginkan Ukraina harus didasarkan pada "persyaratan Ukraina sebagai korban," yang mencakup hukuman bagi Rusia atas agresinya. Selain itu, Shmyhal juga mengungkapkan kesiapan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan mineral yang dapat memberikan akses kepada AS ke cadangan mineral langka yang dimiliki Ukraina.

Pada kesempatan tersebut, Shmyhal menyampaikan rasa terima kasihnya kepada negara-negara Eropa yang telah menunjukkan dukungan kepada Ukraina. Ia juga memuji langkah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang meluncurkan rencana pendanaan tambahan untuk meningkatkan pertahanan Eropa, yang ia sebut sebagai "langkah awal yang penting."

Presiden Zelensky Didesak Minta Maaf
Di tengah upaya Ukraina untuk mempertahankan aliansi dengan Amerika Serikat, Presiden Volodymyr Zelensky justru mendapatkan kritik dari dalam negeri. Anggota parlemen oposisi, Oleksiy Goncharenko, mendesak Zelensky untuk meminta maaf setelah pertemuan tegang dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada 28 Februari 2025.

Menurut Goncharenko, sikap yang ditunjukkan Zelensky dalam pertemuan tersebut tidak mencerminkan kepemimpinan yang matang dan bertanggung jawab. "Ini bukan taman kanak-kanak, ini bukan tinju. Ini tentang kehidupan jutaan orang," ujar Goncharenko, mengingatkan bahwa segala keputusan yang diambil dalam pertemuan tersebut akan berpengaruh besar bagi nasib negara dan rakyat Ukraina.

Pertemuan antara Zelensky dan Trump, yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden JD Vance, berlangsung tegang setelah Trump dan Vance mengkritik Zelensky karena dianggap tidak cukup menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan yang telah diberikan AS kepada Ukraina. Vance bahkan menuduh Zelensky "menggugat" situasi yang terjadi di hadapan media, yang menambah ketegangan dalam pertemuan tersebut.

Tak lama setelah pertemuan tersebut, Trump menulis di Truth Social, sebuah platform media sosial miliknya, bahwa Zelensky "bisa kembali ketika ia siap untuk perdamaian," yang menunjukkan ketidakpuasan Trump terhadap sikap Zelensky dalam pembicaraan tersebut.

Meskipun menghadapi kritik dari dalam negeri, Ukraina tetap berusaha menjaga hubungan diplomatik dengan AS, sambil mencari dukungan dari Eropa. Tantangan bagi Zelensky kini semakin berat, baik dari luar maupun dari dalam negeri, sementara ketegangan dengan AS tetap menjadi isu besar yang dapat memengaruhi jalannya perang dan upaya perdamaian di Ukraina. (*)

Kategori :