Bulan Ramadhan, Elpiji 3 Kilogram Langka dan Mahal

Rabu 05 Mar 2025 - 17:01 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Nopriadi

WAYTENONG – Bulan ramadhan yang seharusnya menjadi bulan penuh berkah justru membawa keresahan bagi masyarakat, terutama pelaku usaha kecil dan ibu rumah tangga. Kelangkaan liquid petroleum gas (LPG/elpiji) 3 kilogram semakin parah, membuat harga melonjak drastis di pasaran.

Di sejumlah warung pengecer, harga gas melon melonjak hingga Rp35.000, jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang seharusnya diberlakukan.

Situasi ini semakin menekan masyarakat kecil yang sangat bergantung pada elpiji bersubsidi untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Kondisi ini juga bertolak belakang dengan tujuan subsidi pemerintah yang seharusnya meringankan beban rakyat.

Kelangkaan elpiji ini berimbas langsung pada harga makanan, terutama takjil dan kue yang menjadi favorit masyarakat menjelang berbuka puasa.

Seorang pedagang, yang enggan disebutkan namanya, mengaku terpaksa menaikkan harga dagangannya akibat mahalnya harga gas.

"Biasanya saya jual kue dengan harga standar, tapi sekarang terpaksa naik. Kalau tidak, saya malah rugi. Gas susah didapat dan harganya gila-gilaan," keluhnya.

Banyak pedagang kecil lainnya mengalami nasib serupa. Mereka khawatir jika kondisi ini terus berlanjut, daya beli masyarakat akan menurun dan dagangan mereka tidak laku.

Tak hanya pedagang, ibu rumah tangga juga ikut menjerit salah satunya Mayda yang  mengaku semakin sulit mendapatkan gas untuk kebutuhan dapurnya.

"Sekarang baru awal Ramadan saja sudah susah, bagaimana nanti menjelang Lebaran? Bisa-bisa makin langka dan makin mahal," ujar Mayda.

Banyak ibu rumah tangga kini terpaksa menghemat pemakaian gas atau mencari alternatif lain seperti kompor listrik atau kayu bakar. Namun, solusi ini pun tidak mudah karena keterbatasan akses dan biaya yang lebih tinggi.

Lonjakan harga dan kelangkaan ini membuat masyarakat mendesak pemerintah dan pihak terkait untuk segera turun tangan. Mereka meminta distribusi elpiji bersubsidi diawasi dengan ketat agar tidak ada penimbunan atau penyimpangan yang merugikan masyarakat kecil.

Jika tidak segera diatasi, bukan hanya pedagang dan rumah tangga yang terdampak, tetapi juga perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Ramadan yang seharusnya penuh berkah justru bisa berubah menjadi bulan penuh kesulitan bagi banyak orang.

Akankah pemerintah segera bertindak? Ataukah masyarakat harus terus berjuang sendiri menghadapi kelangkaan ini? Semua mata kini tertuju pada kebijakan yang akan diambil untuk mengatasi krisis elpiji bersubsidi ini. *

Kategori :