Warga Jakarta Keluhkan Macet Parah Saat KTT ASEAN, Aktivitas Lumpuh Total
Suasana kemacetan lalin di Jakarta. Foto ig--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO- Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 di Jakarta membawa dampak besar bagi warga ibu kota. Sejumlah ruas jalan utama ditutup demi kelancaran mobilitas tamu negara, menyebabkan kemacetan panjang dan kelumpuhan arus lalu lintas di berbagai titik pada Rabu malam (6/9).
Penutupan jalan terjadi di kawasan Gatot Subroto menuju Semanggi dan Senayan sejak pukul 19.00 WIB, bertepatan dengan acara jamuan makan malam para tamu negara. Situasi ini membuat ribuan kendaraan terjebak tanpa bisa bergerak, bahkan sebagian pengendara memilih memutar balik atau menepi karena jalan benar-benar macet total.
Warga yang sehari-hari bergantung pada aktivitas di jalan mengaku sangat terdampak. Banyak pengemudi ojek online memilih menghentikan operasionalnya lantaran sulit menembus kemacetan dan khawatir mengecewakan penumpang. Pendapatan mereka otomatis turun drastis pada hari itu.
Tak hanya para pengemudi, pekerja kantoran juga menjadi korban kemacetan luar biasa tersebut. Sejumlah warga mengaku terlambat tiba di kantor hingga berjam-jam, padahal jarak tempuh biasanya tidak memakan waktu lama. Bahkan ada yang terpaksa berjalan kaki di jalan tol karena penutupan jalan membuat kendaraan tak bisa melanjutkan perjalanan.
Meski demikian, sebagian warga tetap merasa bangga Jakarta dipercaya menjadi tuan rumah ajang internasional sebesar KTT ASEAN. Mereka menilai, acara tersebut membawa citra positif bagi Indonesia di mata dunia, meski harus dibayar mahal dengan lumpuhnya aktivitas harian warga.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengklaim bahwa volume lalu lintas justru menurun sebesar 2,85 persen atau sekitar 196 ribu kendaraan pada hari pertama pelaksanaan KTT ASEAN. Data dari Dinas Perhubungan DKI menunjukkan adanya penurunan jumlah kendaraan di 49 titik pemantauan yang dilengkapi sensor otomatis.
Kendati demikian, di lapangan masih banyak titik kemacetan parah, terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore. Rekayasa lalu lintas, penutupan jalan, dan penerapan sistem kerja dari rumah (WFH) bagi 75 persen aparatur sipil negara ternyata belum cukup efektif mengurai padatnya arus kendaraan di ibu kota selama perhelatan berlangsung.
Masyarakat pun berharap agar setiap agenda besar berskala internasional ke depan bisa diatur lebih baik, dengan manajemen lalu lintas yang tidak hanya fokus pada keamanan tamu negara, tetapi juga memperhatikan kelancaran aktivitas warga Jakarta. (*/rinto)