Menyelami Ragam Tarian Khas Ternate dan Maluku Utara

Senin 07 Apr 2025 - 16:47 WIB
Reporter : Yayan Prantoso
Editor : Budi Setiawan

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Kekayaan budaya Indonesia tercermin dari warisan leluhur yang terus hidup dalam kehidupan masyarakat, salah satunya melalui seni tari tradisional.

Suku Ternate—dikenal secara lokal sebagai Fa Ternate—yang mendiami Pulau Ternate di wilayah utara Kepulauan Maluku, memiliki beragam tari tradisional yang tak hanya memukau secara visual, namun juga kaya akan makna filosofis dan nilai historis.

Tarian-tarian ini diwariskan lintas generasi dan menjadi bagian integral dari identitas budaya masyarakat Ternate dan sekitarnya.

Salah satu tarian yang sarat akan dimensi spiritual dan unsur mistik adalah Tari Salai Jin. Tarian ini mencerminkan praktik pengobatan tradisional yang melibatkan interaksi dengan makhluk gaib, yang diyakini mampu memberikan penyembuhan atau solusi atas persoalan hidup.

Sebelum masuknya Islam, masyarakat Ternate menganut animisme dan dinamisme, kepercayaan yang masih tercermin dalam esensi Tari Salai Jin sebagai jembatan antara dunia manusia dan roh leluhur.

Tarian ini biasanya dibawakan secara berkelompok, oleh laki-laki dan perempuan, dengan gerakan yang kaya simbol dan makna.

Berbeda dengan nuansa magis dari Salai Jin, Tari Soya-Soya menonjolkan semangat perjuangan dan patriotisme. Tarian ini muncul pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570–1583) sebagai bentuk penghormatan terhadap keberhasilan Kesultanan Ternate merebut kembali Benteng Kastela dari penjajah Portugis, sekaligus untuk menjemput jenazah Sultan Khairun.

Gerakan yang kuat dan tegas menggambarkan keberanian para prajurit, meniru pola pertempuran seperti kuda-kuda, serangan, dan pertahanan. Sampai kini, tarian ini masih rutin ditampilkan di lingkungan Keraton Kesultanan sebagai simbol kekuatan dan harga diri masyarakat Ternate.

Sementara itu, Tari Tide-Tide menyajikan sisi sosial dan hiburan dari seni tari tradisional. Berasal dari Halmahera Utara, tarian ini biasa hadir dalam perayaan rakyat dan upacara pernikahan.

Sebagai tari pergaulan, Tide-Tide dibawakan oleh dua belas penari—laki-laki dan perempuan—dengan iringan alat musik tradisional seperti tifa, gong, dan biola.

Gerakannya mencerminkan kegembiraan, semangat kebersamaan, serta nuansa mistis dan simbol kesuburan, menjadikannya bagian penting dalam suasana sukacita masyarakat.

Nuansa romantis hadir dalam Tari Lalayon, tarian pergaulan yang berkembang di kawasan bekas Kerajaan Ternate dan Tidore. Penarinya tampil berhadapan, saling berinteraksi dengan senyuman dan gerakan menggoda yang harmonis.

Tarian ini mencerminkan rasa cinta, rasa syukur kepada Sang Pencipta, serta semangat hidup yang penuh keakraban. Lagu-lagu Melayu yang mengiringi tarian ini memperkuat suasana hangat dan menyentuh hati.

Tak kalah memikat, Tari Dana-Dana hadir dengan irama khas dan syair pantun yang bertema cinta. Tarian ini kerap tampil dalam berbagai pesta rakyat dan perayaan pernikahan, menciptakan suasana riang sekaligus romantis yang disukai banyak kalangan.

Adapun Tari Bon Mayu membawa pesan sejarah dan semangat perjuangan. Tarian ini menggambarkan kembalinya pasukan Gam Range—gabungan masyarakat Maba, Patani, dan Weda—usai bertempur melawan penjajah.

Kategori :

Terkait