Radarklambar.bacakoran.co Burhannudin Zainuddin Rusdiman atau lebih dikenal dengan nama Burhan Kampak, meninggal dunia pada usia 85 tahun di Yogyakarta, Rabu malam, 23 April 2025. Sosok ini dikenal luas sebagai tokoh yang menempati posisi penting dalam perburuan kader Partai Komunis Indonesia (PKI) pada periode 1965–1966, dan juga merupakan pendiri Front Anti Komunis Indonesia (FAKI) di Yogyakarta.
Burhan wafat di rumahnya di Kampung Brontokusuman, Mergangsan, tanpa riwayat penyakit serius, hanya karena kondisi fisik yang menurun seiring usia. Dua hari terakhir sebelum wafat, ia sudah tidak berselera makan. Selama satu dekade terakhir, kesehariannya lebih banyak dihabiskan di rumah, dirawat dan didampingi anaknya, Laksmi Prita Dewi.
Sempat mengalami insiden terpeleset di kamar mandi menjelang Ramadan dan dirawat di rumah sakit, Burhan dinyatakan tidak mengalami cedera serius dan kembali ke rumah dalam kondisi stabil. Meski sudah tidak aktif dalam kegiatan organisasi dalam lima tahun terakhir, ia tetap teguh dalam sikap anti-komunis yang telah membentuk identitasnya selama puluhan tahun.
Nama Burhan Kampak mencuat dalam publikasi nasional, termasuk di Majalah Tempo edisi 2012, sebagai satu dari sejumlah tokoh yang terlibat aktif dalam aksi-aksi pemburuan terhadap simpatisan PKI di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Ia dikenal karena selalu membawa senjata kapak besar dalam setiap aksinya. Pada masa itu, ia menjadi bagian dari Laskar Ampera Aris Margono, yang merupakan bagian dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Kelompok ini disebut-sebut memiliki kewenangan untuk mengeksekusi mereka yang diduga sebagai bagian dari PKI, dan mendapat pelatihan militer dari Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat, yang kini dikenal sebagai Kopassus.
Dalam wawancara masa lalu, Burhan menyatakan tidak pernah menyesali tindakannya. Ia menganggap peristiwa itu bagian dari perang ideologis dan menyatakan bahwa yang dilakukannya adalah bentuk perlindungan terhadap negara.
Burhan dimakamkan di pemakaman Islam Karangkajen pada Kamis, 24 April 2025. Ia meninggalkan seorang istri, empat anak, dan delapan cucu.
Kepergian Burhan Kampak menutup lembaran panjang kehidupan seorang figur kontroversial dalam sejarah kelam bangsa Indonesia. Di satu sisi dipandang sebagai pejuang anti-komunis, namun di sisi lain, aksinya menjadi bagian dari babak berdarah dalam sejarah politik Indonesia pasca-G30S. (*)
Kategori :