Keraguan Ilmuwan Menguat atas Klaim Tanda Kehidupan di Planet K2-18b

Minggu 25 May 2025 - 15:36 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.c- Antusiasme terhadap kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi kembali diuji. Sejumlah peneliti dari Universitas Chicago menyampaikan bahwa dugaan keberadaan senyawa dimetil sulfida—yang sebelumnya dikaitkan dengan kehidupan di planet K2-18b—masih belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

Planet K2-18b selama ini dianggap memiliki karakteristik mendekati layak huni karena berada di wilayah yang memungkinkan terbentuknya air dalam wujud cair. Temuan yang ramai dibicarakan sejak April lalu berasal dari pengamatan menggunakan Teleskop James Webb, yang mencatat adanya sinyal senyawa kimia yang di Bumi hanya diproduksi oleh organisme hidup.

Namun hasil kajian ulang oleh tim peneliti lain menyebutkan bahwa data yang dikumpulkan terlalu banyak mengandung gangguan, sehingga belum bisa dijadikan dasar untuk menyimpulkan adanya kehidupan. Salah satu peneliti, Rafael Luque, menyatakan bahwa sinyal tersebut bisa saja berasal dari senyawa lain yang lebih umum dan tidak berkaitan dengan aktivitas biologis.

Menurut para ilmuwan, teleskop ruang angkasa tidak melihat planet secara langsung. Mereka menganalisis perubahan spektrum cahaya bintang saat cahaya itu melewati atmosfer planet. Dari sana, bisa diperkirakan jenis senyawa kimia yang mungkin ada.

Masalahnya, ada banyak molekul dengan struktur kimia mirip dimetil sulfida yang dapat menghasilkan pola serapan cahaya serupa, salah satunya etana—gas yang sering ditemukan di planet gas raksasa seperti Neptunus.

Michael Zhang, peneliti lainnya, menjelaskan bahwa hampir semua molekul dengan struktur satu karbon dan tiga hidrogen bisa menciptakan pola yang sulit dibedakan dalam pengamatan. Karena itu, diperlukan analisis yang jauh lebih cermat untuk memastikan asal sinyal tersebut.

Sementara itu, data awal yang mendasari klaim adanya tanda kehidupan di K2-18b ternyata hanya berasal dari satu kali sesi pengamatan. Ketika data dari instrumen lain seperti Teleskop Hubble turut dianalisis, sinyal keberadaan dimetil sulfida justru melemah.

Caroline Piaulet-Ghorayeb, anggota tim peneliti, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menafsirkan hasil pengamatan. Ia menilai, dugaan tentang molekul langka atau eksotis sebaiknya tidak buru-buru disimpulkan sebelum kemungkinan umum benar-benar dieliminasi.

Peneliti berharap debat ilmiah ini dapat mendorong penggunaan metode pengamatan yang lebih akurat di masa depan. Meski belum ada kepastian, upaya mendeteksi kemungkinan kehidupan di luar tata surya tetap menjadi salah satu tantangan besar dalam bidang astronomi modern.(*)

Kategori :