Netanyahu sendiri berada di bawah tekanan politik domestik. Keluarga tahanan dan oposisi menuduhnya menunda-nunda kesepakatan demi mempertahankan posisi politik pribadi. Sejumlah pengamat menilai bahwa langkah Israel yang terus melanjutkan perang bisa menjadi bumerang dalam jangka panjang, terutama jika dukungan publik mulai melemah.
Sejak pecahnya konflik pada Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menewaskan dan melukai lebih dari 188.000 warga Palestina. Ribuan lainnya dilaporkan hilang, sementara ratusan ribu harus mengungsi dari rumah mereka. Krisis kemanusiaan pun semakin memburuk akibat kelaparan dan kerusakan infrastruktur yang parah.
Dengan tekanan meningkat di semua sisi, masa depan Jalur Gaza kini berada di titik kritis yang membutuhkan keputusan strategis, baik dari Israel, Palestina, maupun komunitas internasional. (*)