BALIKBUKIT - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Lampung Barat menunjukkan tren peningkatan yang perlu diwaspadai. Hingga pertengahan tahun 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat sudah terjadi 160 kasus yang tersebar di 13 kecamatan.
“Hingga Juni, tercatat 160 kasus DBD terjadi di Lampung Barat,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan, dr. Widyatmoko Kurniawan, Sp.B., Selasa (8/7/2025).
Dijelaskannya, dari data yang dihimpun Dinkes dari Puskesmas, dua kecamatan dengan kasus tertinggi adalah Kecamatan Balikbukit sebanyak 50 kasus, serta Kecamatan Sukau 33 kasus.
Sementara wilayah lain juga tidak luput dari penyebaran virus ini, diantaranya Kecamatan Airhitam 2 kasus, Kecamatan Batuketulis 5 kasus, Kecamatan Waytenong 15 kasus, Kecamatan Gedungsurian 3 kasus, Kecamatan Kebuntebu 17 kasus, Kecamatan Belalau 5 kasus, Kecamatan Lumbokseminung 3 kasus, Kecamatan Pagardewa 8 kasus, Kecamatan Sekincau 4 kasus, Kecamatan Sumberjaya 10 kasus, serta Kecamatan Suoh 4 kasus.
Sementara dua kecamatan yaitu Kecamatan Bandar Negeri Suoh dan Kecamatan Batubrak belum ada kasus DBD.
"Sebaran ini menunjukkan bahwa hampir wilayah berpotensi terdampak, sehingga upaya pencegahan harus menjadi perhatian bersama," kata Wawan---sapaan Widyatmoko Kurniawan.
Menurut Wawan, meningkatnya curah hujan yang tidak menentu menjadi faktor utama lonjakan kasus DBD. Genangan air di lingkungan menjadi tempat sempurna bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang biak.
“Dengan suhu hangat dan curah hujan tinggi, siklus hidup nyamuk menjadi lebih cepat. Ini menyebabkan populasi nyamuk meningkat dalam waktu singkat,” jelasnya.
Selain itu, masalah kebersihan lingkungan juga berperan besar. Tumpukan sampah, wadah air terbuka, dan kebiasaan masyarakat yang belum disiplin dalam menjaga lingkungan turut memperburuk situasi.
“Masih banyak warga yang belum rutin melakukan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur). Ini menjadi pekerjaan rumah bersama,” tambahnya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat dalam mencegah penyebaran DBD. Sosialisasi dan edukasi harus terus digencarkan, termasuk memperkuat Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Masyarakat juga diimbau untuk menghindari genangan air di dalam dan sekitar rumah, menggunakan obat nyamuk, lotion anti nyamuk, atau kelambu tidur. Serta menanam tanaman pengusir nyamuk seperti sereh dan lavender. Kemudian, segera periksa ke puskesmas jika muncul gejala DBD seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala, mual, atau bintik merah di kulit
“Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi. Jangan menunda untuk periksa ke fasilitas kesehatan,” tegasnya.
Wawan mengajak seluruh masyarakat untuk ikut aktif menjaga lingkungan dan melindungi diri serta keluarga dari ancaman DBD.
“Pencegahan DBD bukan hanya tugas pemerintah atau tenaga medis, tapi tanggung jawab kita semua. Dengan disiplin dan kepedulian, kita bisa menekan angka penyebaran,” pungkasnya.