Liberman Desak Israel Serang Iran Lebih Dulu, Tegaskan Ancaman Balas Dendam dan Rudal Teheran

Kamis 24 Jul 2025 - 14:21 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Mantan Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Liberman, kembali memantik kontroversi dengan mendesak negaranya melakukan serangan terhadap Iran. Menurutnya, ancaman dari Teheran semakin nyata pasca-perang 12 hari yang meletus beberapa waktu lalu.

Liberman, yang kini memimpin Partai Yisrael Beytenu, menilai Iran sedang mematangkan rencana balas dendam terhadap Israel. Ia melihat kecenderungan Iran yang fokus pada pembalasan, terutama setelah konflik sengit yang menyebabkan korban dari kedua belah pihak.

Selain itu, Liberman menyoroti kekhawatiran terhadap program nuklir Iran yang menurutnya tengah dihidupkan kembali. Ancaman lain datang dari kekuatan rudal balistik Teheran. Ia menegaskan bahwa Israel harus mempertimbangkan langkah pre-emptive karena kemungkinan serangan besar-besaran dari Iran dinilainya kian tinggi. Ia memperkirakan potensi kerusakan bisa jauh lebih besar jika jumlah rudal yang ditembakkan meningkat secara signifikan dibandingkan serangan sebelumnya.

Konflik bersenjata antara Iran dan Israel kembali memanas pada 13 Juni, saat Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran yang ditujukan untuk melumpuhkan fasilitas nuklir Iran. Serangan itu menewaskan beberapa perwira tinggi militer Iran serta sejumlah ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan nuklir.

Iran langsung membalas dengan meluncurkan rentetan rudal ke wilayah Israel, memicu eskalasi militer yang berlangsung lebih dari sepekan. Situasi kian memburuk setelah Amerika Serikat turut serta dalam konflik, melancarkan serangan udara terhadap tiga lokasi yang diduga menjadi bagian dari program nuklir Iran pada 22 Juni dini hari.

Presiden AS Donald Trump kala itu memperingatkan Iran akan kemungkinan serangan yang lebih dahsyat bila tidak menyerah. Namun, pada 24 Juni, ketegangan mereda setelah kedua pihak menyepakati gencatan senjata, yang kemudian dikonfirmasi oleh masing-masing pemerintahan.

Meski situasi terlihat mereda, pernyataan Liberman menandakan kekhawatiran baru tentang kemungkinan babak baru konflik, terutama jika Iran benar-benar melancarkan serangan lebih dulu. (*)

Kategori :