Kini, tak satu pun dari klub besar seperti Arsenal, Liverpool, Manchester City, Manchester United, Tottenham, dan Chelsea yang memiliki sponsor judi di bagian depan kostum utama mereka.
Di saat Chelsea masih menunggu sponsor strategis, rival mereka Manchester City justru mengumumkan kabar besar. Klub asuhan Pep Guardiola tersebut resmi memperpanjang kemitraan dengan Puma hingga 2035.
Nilai kontrak baru ini mencapai £100 juta per musim atau lebih dari Rp2 triliun, menjadikannya kontrak apparel terbesar sepanjang sejarah Premier League. Kolaborasi ini juga memecahkan rekor penjualan jersey dan memperkuat posisi Manchester City sebagai pemimpin dalam aspek komersial dan inovasi produk.
Ketiadaan sponsor utama tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Chelsea, apalagi di tengah persaingan komersial antar klub top Eropa. Dalam sepak bola modern, sponsorship bukan hanya soal logo di jersey, tetapi juga berkaitan erat dengan perluasan pasar, kekuatan finansial, dan daya saing klub di berbagai lini.
Manajemen Stamford Bridge berada di titik krusial. Mereka harus segera memutuskan: mengejar nilai maksimal atau memastikan kestabilan finansial lebih awal. Sementara Manchester City terus memperkuat posisi mereka di panggung global, Chelsea dituntut untuk segera menemukan mitra bisnis yang bisa mendorong mereka kembali bersaing, tidak hanya di lapangan, tetapi juga dalam hal kekuatan ekonomi klub. (*)