PESISIR TENGAH - Ancaman gelombang tinggi kembali terjadi di perairan barat Lampung. Dalam beberapa hari ke depan, ombak di perairan Pesisir Barat (Pesbar) diperkirakan bisa mencapai empat meter. Kondisi ini harus menjadi perhatian para nelayan agar waspada ataupun menunda aktivitas melaut demi keselamatan.
Kepala Dinas Perikanan Pesbar, Armen Qodar, S.P., M.M., mengatakan bahwa berdasarkan data dari BMKG Stasiun Meteorologi Kelas IV Maritim Panjang, Bandar Lampung, tinggi gelombang pada periode 8-11 Oktober 2025 di perairan barat Lampung diprediksi kembali berada di kisaran 2,5 hingga 4 meter. Sementara itu, pola angin umumnya bertiup dari arah timur hingga selatan dengan kecepatan mencapai 22 knot.
“Informasi dari BMKG menunjukkan bahwa salah satu wilayah dengan kecepatan angin tertinggi adalah di perairan barat Lampung. Karena itu kami mengimbau nelayan untuk lebih berhati-hati dan menunda melaut jika kondisi cuaca belum memungkinkan,” kata Armen, Rabu, 8 Oktober 2025.
Menurut Armen, kondisi angin kencang dan gelombang tinggi tersebut sangat berisiko terhadap keselamatan kapal-kapal kecil, terutama perahu nelayan tradisional yang masih banyak digunakan masyarakat pesisir. Ia menegaskan, dengan kecepatan angin mencapai 15 knot dan gelombang di atas 1,25 meter, risiko kecelakaan laut meningkat tajam.
“Jika kecepatan angin sudah 15 knot dan gelombang lebih dari 1,25 meter, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk melaut. Lebih baik menunggu kondisi benar-benar aman agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Dijelaskannya, nelayan yang tetap beraktivitas di laut diimbau untuk selalu memperhatikan kondisi cuaca sebelum berangkat dan memastikan seluruh perlengkapan keselamatan dalam kondisi baik. Penggunaan jaket pelampung (life jacket) menjadi keharusan, disertai peralatan keselamatan lainnya seperti alat komunikasi darurat dan penerangan.
“Keselamatan harus menjadi prioritas. Jangan hanya mengandalkan pengalaman membaca tanda-tanda alam. Cuaca bisa berubah cepat, dan ombak tinggi sering datang tiba-tiba tanpa tanda yang jelas,” tegasnya.
Selain mengimbau nelayan, Dinas Perikanan juga akan terus berkoordinasi dengan TNI AL, Polairud, dan aparat pekon untuk menyebarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem. Langkah ini dilakukan agar pesan kewaspadaan dapat segera diterima oleh nelayan hingga ke daerah yang sulit dijangkau sinyal telekomunikasi.
“Kami ingin peringatan ini sampai dengan cepat dan tepat sasaran. Tidak semua nelayan bisa memantau informasi BMKG lewat internet, jadi kami minta bantuan berbagai pihak untuk menyebarkannya secara langsung,” katanya.
Ditambahkannya, fenomena gelombang tinggi di perairan barat Lampung merupakan kondisi alam yang biasa terjadi saat peralihan musim. Namun, tahun ini pola angin timuran terpantau lebih kuat dari biasanya sehingga potensi gelombang ekstrem lebih besar.
“Biasanya kondisi seperti ini berlangsung beberapa hari. Kami berharap nelayan bersabar dan tidak mengambil risiko hanya demi hasil tangkapan,” tandasnya. (yayan/*)