Sejarah Mencatat 5 Buku Ini Dilarang Beredar di Indonesia
Ilustrasi by freepik--
Radarlambar.bacakoran.co- Larangan sejumlah buku yang beredar di Indonesia bisa ditelusuri kembali ke masa penjajahan dan Orde Baru, dimana pemerintah memiliki kontrol ketat pada informasi dan publikasi.
Pelarangan tersebut seringkali melibatkan penilaian subjektif terhadap konten yang membuatnya menjadi alat kontrol yang digunakan untuk meredam kritik dan membatasi kebebasan berekspresi.
Setelah memasuki era reformasi, kebijakan mengenai buku terlarang mengalami perubahan, akan tetapi ada beberapa buku yang masih dibatasi.
Berikut Ini Deretan Buku yang Dilarang Beredar di Indonesia
1. Di Bawah Lentera Merah
Dibawah Lentera Merah ditulis oleh Soe Hok Gie, seorang aktivis dan penulis yang dikenal karena pandangannya yang kritis terhadap pemerintahan di Indonesia. Buku ini ialah karya yang mengisahkan pandangan Soe Hok Gie mengenai kehidupan dibawah pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Buku ini mengungkapkan pandangan kritis pada kebijakan pemerintah, penyelewengan kekuasaan serta kondisi sosial yang tidak adil. Pada zaman ini, buku-buku yang dianggap menentang atau kritis terhadap pemerintah seringkali menjadi target pelarangan.
2. Tetralogi Buru
Tetralogi Buru merupakan karya sastra monumental yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer seorang penulis Indonesia terkemuka. Tetralogi itu terdiri dari empat buku Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Pramoedya menulis Tetralogi Buru selama masa penahanannya saat di Pulau Buru.
Dikenal karena menyajikan kritik tajam terhadap kolonialisme Belanda dan masalah sosial serta politik Indonesia pada awal abad ke-20, maka tetralogi ini menghadapi pelarangan dan pembatasan terutama selama era Orde Baru.
3. Demokrasi Kita
Demokrasi Kita pertamakali diterbitkan pada tahun 1959 oleh Mohammad Hatta, yang merupakna salah satu pendiri Republik Indonesia dan wakil presiden pertama.
Buku ini berisi refleksi dan analisis Mohammad Hatta terkait prinsip-prinsip demokrasi dan implementasinya di Indonesia.Dalam buku ini, Hatta mengeksplorasi berbagai aspek demokrasi termasuk peran institusi, hak-hak individu dan tanggung jawab pemerintah.
Dirinya mengkritik kekurangan pada sistem demokrasi yang ada serta menawarkan pandangan mengenai bagaimana demokrasi bisa diperkuat untuk melayani kepentingan rakyat secara lebih baik. Meskipun penting secara akademis dan historis, namun buku ini menghadapi pelarangan dalam beberapa periode sejarah Indonesia.
4. Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978
Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978 menyajikan catatan serta laporan tentang aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Buku tersebut menguraikan tuntutan dan agenda mahasiswa termasuk reformasi politik, perbaikan sistem Pendidikan serta penegakan hak asasi manusia.
Isinya mencerminkan sebuah ketidakpuasan mahasiswa pada pemerintahan Orde Baru, sistem politik yang berlaku, serta mencatat berbagai protes dan demonstrasi yang terjadi.
5. Indonesia dibawah Sepatu Lars
Indonesia di Bawah Sepatu Lars ialah sebuah buku yang ditulis Sukamdani Indro Tjahjono, seorang penulis dan intelektual asal Indonesia.
Buku ini terbit pada tahun 1967 yang berisi analisis kritis mengenai kondisi politik dan sosial Indonesia pada masa itu, khususnya mengenai pengaruh kekuasaan militer serta kolonialisme terhadap masyarakat Indonesia.
Sepatu Lars merupakan simbol dari kekuasaan militer Belanda yang menginjak-injak hak serta kebebasan rakyat Indonesia. Karena isinya yang kontroversial dan kritik tajam terhadap praktik kekuasaan militer serta kolonialisme, maka buku ini mengalami pelarangan di Indonesia dengan alasan untuk menjaga stabilitas politik.(*)