Protes Banjir Tak Kunjung Ditangani, Warga Jadikan Jalan Liwa- Ranau 'Kolam Pemancingan Lele'
PROTES: Sejumlah warga melepas puluhan ikan lele lalu berbondong-bondong memancing ikan di jalan provinsi ruas Liwa- Ranau sebagai bentuk aksi protes atas perbaikan yang tak kunjung dilakukan. Foto Dok --
Radarlambar.bacakoran.co - Warga yang tinggal di sekitar ruas jalan provinsi Liwa-Ranau, tepatnya di Pemangku Rantau Panjang, Pekon Tanjungraya, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat, melakukan aksi protes terhadap genangan air yang sudah berminggu-minggu melanda jalan tersebut.
Aksi protes itu dilakukan dengan cara yang unik, yaitu dengan menabur puluhan ikan lele di genangan air lalu warga berbondong-bondong memancing ikan tersebut dari pinggir jalan. Aksi yang dilakukan pada Kamis sore, (21/11/2024) tersebut terekam sejumlah kamera ponsel warga hingga viral di media sosial.
Diketahui, aksi protes ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan warga terhadap lambannya penanganan masalah genangan air yang telah mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Jalan tersebut menjadi semakin sulit dilalui, terutama saat musim hujan, akibat genangan air yang tak kunjung surut. Menurut warga setempat, kondisi ini semakin memburuk dan membahayakan pengendara yang melintasi jalan tersebut.
"Sudah berminggu-minggu kami harus menanggung dampak genangan air yang tidak kunjung diperbaiki. Kami bahkan harus berhati-hati setiap kali melewati jalan ini, apalagi di musim hujan. Kami merasa tidak ada perhatian serius dari pihak terkait,”ujar sejumlah warga setempat.
Sebagai bentuk protes kreatif, warga kemudian memilih menaburkan ikan lele ke dalam genangan air yang sudah cukup dalam, serta memancing di sana. Aksi ini tidak hanya mempertontonkan frustrasi warga, tetapi juga sebagai sindiran terhadap kondisi jalan yang kini lebih mirip dengan kolam ikan daripada sebuah jalan raya.
“Mungkin dengan cara ini, kami bisa menarik perhatian pemerintah daerah dan pihak terkait agar segera memperbaiki jalan kami. Kami berharap ada tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini,”tambah warga lainnya.
Menanggapi hal tersebut, sebelumnya, Peratin Tanjungraya Johan Safri mengakui bahwa lokasi tersebut memang merupakan titik rawan banjir setiap kali hujan turun. Hal itu disebabkan karena lokasi itu berada titik cekungan yang membuat air tergenang di satu titik, meskipun belum lama telah dibangun drainase, tetapi belum menyelesaikan masalah.
“Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama. Setiap kali hujan deras, warga selalu menghadapi masalah yang sama. Genangan air yang tinggi jelas mengganggu aktivitas masyarakat di sini,” ujarnya.
Bukan hanya banjir, pihaknya juga menyoroti masalah bencana longsor yang tidak jauh dari lokasi tersebut.
“selain banjir, ada juga longsor yang merusak lahan perkebunan warga, Ini adalah masalah serius yang perlu ditangani secepatnya,” ungkapnya.
Diakuinya bahwa sebelumnya telah ada peninjauan oleh Dinas PUPR dan BPBD Lampung Barat terkait masalah banjir dan longsor ini.
“Kami sudah melakukan koordinasi dengan pihak Dinas PUPR dan BPBD untuk mencari solusi. Namun, hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai langkah penanganan yang akan diambil. Kami berharap pemerintah dapat segera memberikan respons dan tindakan konkret terhadap permasalahan ini,” tegasnya.(*)