Bisnis Unicorn Indonesia Menghadapi Tantangan Besar: Strategi "Bakar Uang" dan Keberlanjutannya

Bisnis diggital. Foto/net--

Radarlambar.bacaoran.co -Di tengah ketatnya persaingan pasar, beberapa perusahaan unicorn di Indonesia kini tengah menghadapi tantangan besar untuk tetap bertahan. Banyak dari mereka yang terpaksa mengandalkan strategi "bakar uang", yakni mengeluarkan modal besar untuk menarik pelanggan dan mempercepat ekspansi pasar. Meskipun berisiko menguras modal, tak sedikit yang masih memilih strategi ini, terutama karena harga yang terjangkau menjadi faktor utama dalam daya tarik bisnis online.

Sebagai contoh, TikTok dan Shopee di Indonesia menggunakan strategi bakar uang dalam program live streaming dan berbagai promo menarik untuk mendorong penjualan. TikTok, misalnya, memberikan berbagai diskon, cashback, dan gratis ongkir dalam sesi live shopping mereka. Hal yang sama juga dilakukan oleh Shopee, yang rutin memberikan promo serupa untuk menarik lebih banyak pembeli.

Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, tak mengherankan jika perusahaan-perusahaan ini terus mengandalkan bakar uang, karena sebagian besar konsumen Indonesia masih sangat memperhatikan harga saat melakukan pembelian. Diskon dan promo besar, seperti cashback dan gratis ongkir, menjadi strategi efektif untuk meraih perhatian pelanggan.

Namun, strategi ini, meskipun dapat memberikan manfaat dalam jangka pendek, tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Keuntungan dari bakar uang ini baru bisa dirasakan dalam beberapa tahun ke depan. Contohnya adalah Alibaba yang sejak awal berdiri pada 1999 mengandalkan bakar uang untuk memperluas pasar, dan akhirnya meraih kesuksesan besar pada 2009.

Tak  semua startup yang mengandalkan bakar uang berhasil bertahan. Beberapa, seperti WeWork, yang pernah memiliki valuasi 47 miliar dolar AS, justru mengalami kerugian besar hingga 2 miliar dolar AS setelah strategi bakar uang mereka gagal memberikan hasil yang diinginkan. Bahkan di Indonesia, platform e-commerce Bukalapak, yang pernah menjadi unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), akhirnya memutuskan untuk fokus pada produk digital setelah kerugian besar, dengan menghentikan layanan penjualan produk fisik di marketplace pada Januari 2025.

Bakar Uang: Solusi Jangka Pendek atau Ancaman di Masa Depan?

Para ahli, seperti Muhammad Anwar dari Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), berpendapat bahwa strategi bakar uang hanya efektif untuk menarik pelanggan dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, ketergantungan konsumen pada harga murah justru dapat menciptakan masalah bagi perusahaan. Ketika dana dari investor habis atau tidak ada jalur yang jelas menuju profitabilitas, banyak startup terjebak dalam kesulitan operasional yang mengancam kelangsungan hidup mereka.

Pendekatan ini juga dapat berisiko menimbulkan monopoli pasar, karena pemain besar yang terus memberikan diskon besar-besaran dapat menggulingkan kompetitor kecil, termasuk pelaku UMKM yang bergantung pada platform-platform besar tersebut.

Menuju Bisnis yang Lebih Berkelanjutan: Fokus pada Profitabilitas dan Inovasi

Melihat tantangan yang dihadapi oleh banyak unicorn, Anwar menyarankan agar startup berfokus pada pencapaian profitabilitas yang lebih realistis dan berkelanjutan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengalihkan perhatian dari sekadar meningkatkan jumlah pengguna ke optimisasi pendapatan dari pelanggan yang sudah ada. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menawarkan layanan premium, mengembangkan produk tambahan, atau meningkatkan efisiensi operasional.

Selain itu, inovasi yang berfokus pada kebutuhan lokal dapat menjadi keunggulan kompetitif yang tak kalah penting. Banyak startup sukses di Indonesia yang memahami preferensi pasar lokal, kondisi logistik, dan daya beli masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk menciptakan loyalitas pelanggan tanpa bergantung pada diskon besar-besaran.

Kerja sama dengan UMKM juga dapat memberikan keuntungan besar, karena mereka membantu memperluas pilihan produk dan menarik segmen pasar yang lebih luas. Dengan menguatkan ekosistem yang lebih inklusif, platform e-commerce dapat menciptakan keunggulan jangka panjang.

Peran Pemerintah dalam Mendorong Ekosistem Startup yang Sehat

Dalam rangka memastikan kelangsungan bisnis startup, pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan regulasi yang mendukung keberlanjutan ekosistem ini. Dukungan berupa insentif pajak untuk startup yang berorientasi pada profitabilitas, serta perlindungan untuk UMKM yang terlibat dalam ekosistem digital, harus menjadi prioritas. Dengan regulasi yang sehat, diharapkan persaingan di pasar dapat berlangsung lebih adil, tanpa diselimuti oleh perang harga yang merugikan banyak pihak.

Investor yang Cerdas: Menghargai Profitabilitas dan Proyeksi Pendapatan yang Jelas

Ke depan, investor juga akan lebih rasional dalam memilih startup untuk didanai. Mereka kini lebih mengutamakan perusahaan yang memiliki model bisnis yang jelas dan berpotensi menghasilkan profit jangka panjang. Ini berarti startup yang memiliki aliran pendapatan yang terencana dan proyeksi keuntungan yang dapat dihitung dengan jelas akan lebih menarik bagi investor.

Dengan perubahan ini, diharapkan perusahaan yang berfokus pada model bisnis yang berkelanjutan dan bukan hanya pertumbuhan semata dapat menjadi pilihan utama, baik bagi investor maupun konsumen.

Kesimpulan: Perubahan Arah yang Diperlukan

Dalam menghadapi tantangan berat dan perubahan arah yang diperlukan dalam strategi bisnis, startup di Indonesia, terutama di sektor marketplace dan e-commerce, harus berfokus pada keberlanjutan dan inovasi. Dengan menghindari ketergantungan pada strategi bakar uang dan fokus pada penciptaan nilai nyata bagi konsumen, mereka dapat bertahan dalam jangka panjang dan menciptakan ekosistem bisnis yang lebih sehat dan inklusif. (*)


Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan