Rusak Diterjang banjir, Petani Tunggu Perbaikan Bendungan Way Asahan

Warga Pemangku Karya Jaya, Pekon Buaynyerupa, Kecamatan Sukau, bersama jajaran aparatur pekon setempat secara swadaya memperbaiki kerusakan bendungan irigasi Way Asahan akibat banjir tahun 2024 lalu. foto Dok--

SUKAU - Masyarakat Pemangku Karya Jaya, Pekon Buaynyerupa, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat bersama jajaran aparatur pemerintah pekon setempat secara swadaya memperbaiki bendungan irigasi Way Asahan yang rusak akibat banjir besar pada Agustus 2024 lalu. 

Bendungan ini merupakan sumber irigasi utama yang mengairi sekitar 70 hektar (Ha) sawah yang dikelola oleh 143 kepala keluarga. Kerusakan bendungan sempat mengganggu aliran air dan mengancam hasil panen warga.

Pj Peratin Buaynyerupa Edi Alekson melalui Jurtul Buaynyerupa, Yentoni, menjelaskan bahwa perbaikan dilakukan secara gotong royong dengan melibatkan masyarakat dan aparatur pekon setempat. Bantuan dari pemerintah daerah melalui Bidang Pengairan Dinas PUPR Lampung Barat berupa pipa paralon sangat membantu memperlancar aliran air sementara. Namun, menurutnya, solusi ini hanya bersifat sementara dan belum mampu menjawab kebutuhan jangka panjang para petani.

Yentoni menegaskan pentingnya pembangunan bendungan permanen untuk menjaga kestabilan irigasi di wilayah tersebut. Ia menyampaikan bahwa masyarakat berharap pemerintah Kabupaten Lampung Barat dapat merealisasikan pembangunan bendungan permanen pada tahun 2025. Bendungan permanen dianggap sebagai solusi yang lebih kokoh dan tahan terhadap bencana alam seperti banjir.

“Bendungan Way Asahan ini sangat vital bagi kehidupan warga kami. Sawah-sawah yang bergantung pada aliran air dari bendungan ini adalah sumber utama penghidupan mereka. Jika tidak ada perbaikan permanen, setiap musim hujan kami akan terus dihantui ketakutan akan banjir yang bisa merusak kembali bendungan ini,” ungkap Yentoni.

Ia juga menjelaskan bahwa dampak dari kerusakan bendungan ini tidak hanya dirasakan oleh para petani, tetapi juga berdampak pada ekonomi lokal secara keseluruhan. Berkurangnya hasil panen berarti menurunnya pendapatan keluarga, yang kemudian mempengaruhi daya beli dan kestabilan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut.

Meski demikian, Yentoni mengapresiasi semangat gotong royong warga yang tetap berusaha memperbaiki kerusakan bendungan dengan sumber daya yang ada. Ia menekankan bahwa solidaritas masyarakat menjadi modal penting dalam menjaga infrastruktur pekon. Namun, pihaknya berharap pemerintah daerah dapat segera menuntaskan penanganan jangka panjang. *

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan