Kuntau Semende Tampil Memukau di Musrenbang
![](https://radarlambar.bacakoran.co/upload/871a1d8a9267c3fa8430b8ff105088c7.jpg)
KUNTAU : Seni pencak silat (Kuntau) Semende meriahkan Mustenbang Kecamatan Waytenong RKPD 2026. Foto Rinto--
WAYTENONG – Seni bela diri tradisional Kuntau Semende sukses mencuri perhatian para pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat saat pembukaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) RKPD 2026 Kecamatan Waytenong. Acara yang digelar di lapangan SDN 1 Sukaraja pada Rabu (12/2/2025) ini semakin semarak dengan penampilan seni budaya khas daerah.
Kuntau Semende yang tampil dalam acara tersebut diasuh oleh Guru Ujang Jamrun, seorang pelatih yang dikenal sebagai penjaga tradisi bela diri ini di Lampung Barat.
Kesenian ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga telah berprestasi di tingkat nasional. Kuntau Semende pernah berlaga di Festival Olahraga Nasional (Fornas) di Sumatera Selatan dan berhasil meraih 1 medali emas1 Perunggu ,dan Jurda di Bandar Lampung 9 Emas,1 Perak dan 2 Perunggu. Selain itu, dalam ajang di Jawa Barat, bela diri ini masuk dalam sepuluh besar terbaik.
Selain pertunjukan Kuntau Semende, acara ini juga dimeriahkan oleh Amanatak (hadroh) serta tarian tradisional yang dibawakan oleh siswa SDN 1 Sukaraja. Kehadiran seni budaya ini memberikan nuansa khas dan mengangkat identitas lokal di tengah perencanaan pembangunan daerah.
Tokoh masyarakat Sukaraja, Guswadi, mengapresiasi kehadiran seni tradisional dalam Musrenbang. Menurutnya, menjaga dan mengenalkan kembali budaya lokal dalam acara pemerintahan adalah langkah penting agar generasi muda tetap menghargai dan melestarikan warisan leluhur.
"Semoga dengan tampilnya Kuntau Semende di acara sebesar ini, masyarakat semakin bangga dan ikut melestarikan budaya kita. Apalagi, prestasi yang telah diraih menunjukkan bahwa seni bela diri ini tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga mampu bersaing di tingkat nasional," ujar Guswadi.
Musrenbang RKPD 2026 di Kecamatan Way Tenong ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang perencanaan pembangunan daerah, tetapi juga momentum untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari identitas masyarakat lambar. *