Tekan Stunting, Siti Rohana Lakukan Terobosan Dengan Pendekatan Pola Literasi

AKTIFITAS KPM Stunting Siti Rohana dengan literasi guna tekan masalah stunting. Foto Dok--

SEKINCAU - Stunting masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Masalah gizi kronis ini bukan sekadar soal kekurangan makanan bergizi, tetapi juga terkait dengan pola asuh, edukasi orang tua, dan akses terhadap sumber daya yang mendukung pertumbuhan anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sekitar 7 juta balita di Indonesia mengalami stunting. 

Situasi ini masih menjadi perhatian serius hingga tahun 2025, di mana intervensi stunting tetap menjadi prioritas utama dalam penggunaan Dana Desa, sebagaimana tertuang dalam Permendes PDT Nomor 2 Tahun 2024.

Namun, mengatasi stunting bukan sekadar memberikan bantuan pangan. Dibutuhkan inovasi dan pendekatan yang lebih efektif, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Siti Rohana, atau yang akrab disapa Bunda Nana.

Siti Rohana adalah Kader Pembangunan Manusia (KPM) dari Pekon Tigajaya, Kecamatan Sekincau, yang berhasil menciptakan terobosan dalam upaya pencegahan stunting. Berkat inovasinya, ia meraih juara pertama dalam Festival Lomba Pidato bertema Cegah Stunting dengan Literasi.

Selama ini, banyak kader KPM yang berperan dalam Posyandu hanya sebatas menginput data perkembangan anak. Namun, Bunda Nana melakukan pendekatan yang berbeda. Ia percaya bahwa edukasi kepada orang tua, terutama dalam mengolah makanan bergizi dan menerapkan pola asuh yang tepat, adalah kunci utama dalam upaya mengatasi stunting.

“Awalnya, Pekon menganggarkan Dana Desa untuk memberikan bantuan bahan makanan bergizi seperti telur dan bahan mentah lainnya. Tapi setelah dievaluasi, kok anak-anak tetap mengalami pertumbuhan yang lambat? Dari situ saya berpikir, mungkin masalahnya bukan hanya pada asupan gizi, tetapi juga cara mengolah dan memberikannya kepada anak,” ungkap Bunda Nana.

Dari hasil evaluasi itu, ia menggagas pendekatan berbasis literasi. Tidak hanya memberikan bantuan makanan, ia juga melakukan sosialisasi kepada para ibu tentang pentingnya pola asuh dan cara mengolah makanan bergizi dengan cara yang menarik bagi anak.

"Saya mengajak ibu-ibu untuk lebih bijak menggunakan media sosial. Daripada hanya sekadar scroll tanpa manfaat, kenapa tidak melihat konten-konten resep makanan sehat yang menarik bagi anak-anak stunting? Misalnya, membuat sempol ikan, bakso ikan, atau olahan lain yang kaya nutrisi tetapi tetap disukai anak," tambahnya.

Pendekatan literasi ini terbukti efektif. Para ibu mulai lebih sadar akan pentingnya cara memasak dan memberikan makanan yang sesuai dengan selera anak-anak mereka. Perlahan tapi pasti, angka stunting di wilayah tugas Bunda Nana mulai menurun.

"Alhamdulillah, pendekatan ini menunjukkan hasil yang cemerlang. Semakin banyak anak yang keluar dari kategori stunting. Ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus mengedukasi para ibu di Pekon ini," ujarnya.

Kisah inspiratif Bunda Nana menunjukkan bahwa inovasi sederhana, jika diterapkan dengan konsisten, dapat membawa perubahan besar. Kader Pembangunan Manusia (KPM) bukan sekadar pencatat data, tetapi garda terdepan dalam mewujudkan generasi bebas stunting.

Dengan semakin banyak kader seperti Bunda Nana, harapan untuk mencapai Zero Stunting di Indonesia bukan lagi sekadar impian. *

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan