Elon Musk Desak Stasiun Luar Angkasa agar Segera Dihancurkan, Alasannya..

Ilustrasi. Miliarder sekaligus pemilik SpaceX, Elon Musk, menyerukan agar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) segera dihancurkan dalam waktu dekat. Foto: NASA--

Radarlambar.bacakoran.co- Elon Musk, pendiri SpaceX, mengusulkan agar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) segera dihancurkan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan. Sebelumnya, ISS dijadwalkan untuk dihentikan operasinya pada 2030, namun Musk menilai bahwa stasiun tersebut sudah mencapai puncak manfaatnya dan perlu dihentikan dalam waktu dekat agar sumber daya dapat dialihkan ke proyek eksplorasi luar angkasa yang lebih ambisius, terutama kolonisasi Mars.  

Menurut Dr. Robert Jenkins, seorang pakar teknologi luar angkasa dari NASA, usulan percepatan deorbitasi ISS bukanlah keputusan yang bisa diambil secara mendadak.

Meskipun biaya operasional ISS terus meningkat, stasiun ini masih memiliki peran penting dalam penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi luar angkasa.

Berbagai eksperimen yang dilakukan di ISS, termasuk penelitian mikrogravitasi, kesehatan astronot, dan pengujian material untuk eksplorasi luar angkasa, tetap memberikan manfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan industri penerbangan antariksa.  

Michael Anderson, analis penerbangan luar angkasa dari Space Policy Institute, menjelaskan bahwa gagasan untuk mengakhiri operasional ISS lebih awal bisa menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mempercepat eksplorasi luar angkasa.

Dengan dihentikannya ISS, anggaran dan sumber daya yang selama ini digunakan untuk perawatannya dapat dialihkan ke proyek lain, termasuk program Artemis yang bertujuan mengembalikan manusia ke Bulan dan persiapan menuju Mars.  

Jika ISS benar-benar dihentikan lebih awal dari 2030, dampaknya akan dirasakan oleh berbagai perusahaan dan lembaga yang selama ini bergantung pada stasiun luar angkasa tersebut.

Salah satu yang paling terdampak adalah Boeing, yang telah mengembangkan pesawat ruang angkasa Starliner sebagai transportasi astronot ke ISS.

Jika stasiun luar angkasa dihentikan lebih cepat dari jadwal, program penerbangan Starliner bisa terancam, terutama karena NASA tidak lagi memerlukan transportasi ke ISS dalam jumlah besar.  

Di sisi lain, SpaceX yang selama ini menjadi mitra utama NASA dalam misi berawak dan kargo ke ISS melalui wahana Crew Dragon, memiliki strategi yang berbeda.

Perusahaan ini terus mengembangkan teknologi roket dan pesawat ruang angkasa generasi terbaru, termasuk Starship, yang dirancang untuk perjalanan antarplanet. SpaceX juga telah melakukan sejumlah penerbangan komersial ke ISS bersama Axiom Space, menunjukkan bahwa sektor swasta semakin berperan dalam eksplorasi luar angkasa.  

Keputusan akhir mengenai masa depan ISS masih berada di tangan pemerintah Amerika Serikat dan NASA. Jika rencana deorbitasi dipercepat, maka strategi eksplorasi luar angkasa akan mengalami perubahan besar, dengan fokus yang lebih kuat pada pembangunan infrastruktur di Bulan dan persiapan misi ke Mars. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan meningkatnya minat sektor swasta, masa depan eksplorasi luar angkasa diprediksi akan bergerak ke arah yang lebih ambisius dan inovatif.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan