Firmansyah, Pejuang Literasi Bentor Perpustakaan Keliling

LITERASI : Siswa SDN 1 Sukaraja Kecamatan Waytenong manfaatkan kehadiran Perpustakaan Keliling membaca buku. Foto dok--
WAYTENONG – Di balik komitmen Kabupaten Lampung Barat sebagai Kabupaten Literasi, ada sosok inspiratif yang tanpa lelah berkeliling membawa ilmu ke sekolah.
Namanya Firmansyah, seorang petugas honorer Dinas Perpustakaan Daerah (Perpusda) yang menjalankan tugasnya sebagai pustakaan keliling dengan penuh dedikasi dan ketulusan.
Bermodalkan bentor (becak motor) yang dimodifikasi menjadi perpustakaan keliling, Firmansyah berkeliling dari sekolah ke sekolah di Kecamatan Waytenong.
Ia hadir setiap hari di jam istirahat, memberikan kesempatan kepada para siswa untuk membaca buku yang dibawanya.
Anak-anak, terutama siswa Sekolah Dasar, sudah akrab dengan kehadirannya. Bentor perpustakaan keliling yang ia bawa selalu dinantikan, karena menjadi jendela ilmu bagi mereka di tengah keterbatasan akses buku bacaan.
Firmansyah, yang berdomisili di Pekon Tambakjaya, mengaku menekuni tugasnya ini dengan sepenuh hati. Baginya, membawa buku ke tangan anak-anak adalah bagian dari perjuangan mencerdaskan generasi penerus.
"Saya menjalankan tugas ini bukan hanya karena pekerjaan, tapi juga karena cinta terhadap dunia literasi. Saya ingin anak-anak di sini punya kesempatan membaca lebih banyak buku, menggali ilmu, dan bermimpi lebih tinggi," ujarnya dengan penuh semangat.
Meskipun hanya berstatus honorer dengan insentif yang tidak besar, Firmansyah tak pernah mengeluh. Ia tidak meminta banyak, hanya berharap Dinas Perpusda Lampung Barat dapat secara berkala menukar koleksi buku yang dibawanya.
Dengan variasi buku yang lebih beragam, ia ingin anak-anak selalu tertarik membaca dan mendapatkan wawasan baru.
"Kalau bukunya itu-itu saja, lama-lama mereka bosan. Makanya, saya berharap ada pergantian buku secara berkala agar anak-anak terus antusias membaca," ungkapnya.
Firmansyah percaya bahwa literasi adalah kunci kemajuan. Ia ingin anak-anak di pelosok Lampung Barat tidak tertinggal dalam akses ilmu pengetahuan.
Kehadirannya bukan sekadar sebagai petugas perpustakaan keliling, tetapi juga sebagai penggerak literasi yang menginspirasi.
Di tengah keterbatasan, Firmansyah tetap melaju dengan bentornya, menyusuri jalanan, membawa buku, dan membuka cakrawala bagi anak-anak.
Sosoknya menjadi bukti bahwa literasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga gerakan hati yang dilakukan dengan ketulusan.