Heboh! Ular Mutan Ditemukan Dengan 3 Taring, Bisa Lebih Mematikan

Seekor ular death adder bertaring tiga ditemukan di Australia. Foto: Instagram--

Radarlambar.bacakoran,co- Penemuan langka terjadi di Australian Reptile Park, Australia, di mana seekor ular death adder (Acanthophis) ditemukan memiliki tiga taring aktif, bukan dua seperti umumnya.

Keberadaan taring ketiga ini diyakini meningkatkan kemampuan ular tersebut dalam menyuntikkan bisa dalam jumlah lebih besar, sehingga dianggap lebih mematikan dibandingkan spesies death adder lainnya yang dikenal sebagai salah satu ular berbisa paling cepat menyerang di dunia.

Ular tersebut telah menjadi bagian dari program produksi antivenom di taman reptil tersebut selama tujuh tahun. Namun, keanehan ini baru teridentifikasi setelah dilakukan pemeriksaan lebih teliti saat proses pemerasan bisa. Taring ketiga yang tumbuh di sisi kiri mulut ular ini ternyata juga dapat mengalirkan bisa layaknya dua taring lainnya, menimbulkan kekhawatiran di kalangan pawang reptil mengenai potensi bahaya dari mutasi ini.

Manajer Australian Reptile Park, Billy Collett, menyampaikan bahwa penemuan ini merupakan yang pertama kalinya terjadi selama 20 tahun lembaga tersebut beroperasi. Dalam catatan mereka, belum pernah ada ular death adder yang memiliki tiga taring aktif.

Beberapa kasus taring ganda atau taring tambahan memang pernah dilaporkan pada spesies ular berbisa lain di Australia, namun tidak pada spesies death adder yang dikenal berasal dari Australia dan Papua Nugini.

Selain meningkatkan risiko fatal pada korbannya, keberadaan taring ketiga ini juga berpengaruh terhadap jumlah bisa yang dihasilkan. Dari hasil pemerasan, ular death adder ini tercatat mampu mengeluarkan sekitar dua kali lipat volume bisa dibandingkan ular death adder bertaring dua pada umumnya. Meski demikian, pihak Australian Reptile Park belum dapat memastikan apakah volume tersebut sepenuhnya disebabkan oleh taring ekstra atau karena memang ular tersebut memiliki kelenjar bisa yang lebih besar.

Ular death adder sendiri dikenal sebagai salah satu ular tercepat dalam menyerang mangsanya. Dalam situasi normal, ular ini mampu menggigit dan menyuntikkan bisa hanya dalam waktu kurang dari 0,15 detik. Bisanya mengandung neurotoksin kuat yang dapat menyebabkan kelumpuhan otot dan kematian jika tidak segera diberikan penanganan medis. Sebelum ditemukannya antivenom, tingkat kematian akibat gigitan death adder mencapai 50 persen.

Taring ketiga pada ular ini diduga merupakan hasil dari mutasi genetik spontan yang jarang terjadi di alam liar. Fenomena mutasi pada ular memang bukan hal baru dalam dunia herpetologi, namun keberadaan mutasi yang langsung berpengaruh pada kemampuan berburu atau bertahan hidup ular tersebut, seperti taring ekstra yang aktif, menjadi perhatian khusus bagi ilmuwan dan pengelola satwa liar.

Selain digunakan untuk memproduksi antivenom, Australian Reptile Park juga memanfaatkan temuan ini untuk memperdalam penelitian terkait anomali genetika pada spesies berbisa.

Penemuan ular bertaring tiga ini juga menjadi peringatan penting bagi para peneliti bahwa mutasi semacam ini dapat muncul secara alami dan berpotensi meningkatkan risiko bagi manusia yang beraktivitas di wilayah sebaran ular death adder.

Peneliti Australian Reptile Park mengungkapkan bahwa mereka akan terus memantau perkembangan ular tersebut serta mengumpulkan data lebih rinci terkait efek biologis dari taring tambahan ini.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan