Solusi Menarik Kaum Muda untuk Terjun ke Sektor Pertanian

ILUSTRASI ; Pertanian Foto ist--
Radarlambar.nacakoran.co - Mengajak generasi muda untuk kembali mencintai pertanian bukanlah hal yang mudah, terutama di tengah derasnya arus industrialisasi dan gaya hidup konsumtif yang semakin mendominasi kota-kota besar. Kecenderungan ini menyebabkan banyak generasi muda beralih ke sektor lain, menjadikan sektor pertanian kehilangan tenaga kerja potensial. Pada 2014, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian Indonesia menurun menjadi 40,83 juta orang, dari sebelumnya 42,48 juta orang pada 2011. Hal ini menunjukkan penurunan signifikan, di mana pada tahun yang sama, sektor pertanian hanya menyerap sekitar 30% dari total tenaga kerja di Indonesia.
Namun, Kementerian Pertanian (Kementan) telah melakukan langkah besar untuk menghadapi tantangan ini dengan menggalakkan mekanisasi pertanian. Pemerintah telah memberikan ribuan alat dan mesin pertanian (alsintan) modern, seperti traktor pengolah tanah, transplanter benih padi, hingga alat panen combine harvester. Melalui mekanisasi ini, proses pertanian dapat dipercepat, biaya produksi dapat ditekan hingga 40%, dan efisiensi tenaga kerja dapat ditingkatkan. Mekanisasi juga memungkinkan petani untuk menekan risiko penyakit tanaman dan gagal panen, serta meminimalisir kesalahan dalam pengolahan hasil panen.
Selain itu, mekanisasi pertanian juga menjawab tantangan berkurangnya jumlah tenaga kerja di sektor ini. Dengan menggunakan alsintan, pertanian menjadi lebih efisien, memudahkan petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Pendapatan petani pun berpotensi meningkat, dengan estimasi pendapatan sekitar 60 juta rupiah per tahun dari lahan seluas 1 hektar. Hal ini menjadikan pertanian lebih menarik bagi kaum muda, karena dapat menawarkan pendapatan yang layak dan lebih bergengsi di mata publik, terutama dengan penggunaan teknologi pertanian modern.
Sejak 2015, Kementan telah menyalurkan lebih dari 80.000 unit alsintan, meningkat 100% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini berlanjut pada tahun 2016, meski anggaran pembangunan pertanian mengalami penurunan. Terobosan ini diyakini akan semakin memacu transformasi pertanian Indonesia, di mana mekanisasi dan penggunaan alsintan menjadi solusi untuk menghadapi berkurangnya tenaga kerja serta perubahan struktur sosial di sektor pertanian.
Dengan sistem pertanian modern yang berbasis teknologi dan penggunaan alsintan, hasil pertanian bisa lebih optimal dan menguntungkan. Hal ini memberikan dorongan bagi kaum muda untuk tidak lagi merasa gengsi berkarir di bidang pertanian. Bertani kini tidak hanya menjadi pekerjaan yang menguntungkan, tetapi juga profesi yang bergengsi dengan prospek cerah. Maka, bertani dengan teknologi modern bisa menjadi pilihan masa depan yang menjanjikan bagi generasi muda Indonesia. (*)