Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan: Kisah Pencuri Timun yang Berdiri Kaku

Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan: Kisah Pencuri Timun yang Berdiri Kaku. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Di Madura, terdapat sebuah kisah luar biasa yang menceritakan tentang karomah (kemuliaan) Syaikhona Kholil Bangkalan, seorang ulama besar yang dikenang dengan kisah ajaibnya. Salah satu kisah yang terkenal adalah kejadian yang melibatkan sekelompok pencuri timun yang meresahkan para petani di sekitar daerah Bangkalan. Kisah ini tidak hanya menarik, tetapi juga mengandung hikmah yang dalam.
Kisah Pencuri Timun yang Tak Bisa Duduk
Suatu ketika, para petani di Bangkalan mengeluh tentang maraknya pencurian timun yang terjadi setiap kali musim panen tiba. Timun mereka sering hilang, dicuri oleh orang tak dikenal. Mereka merasa kesulitan menghadapinya dan akhirnya memutuskan untuk mendatangi Syaikhona Kholil untuk mencari solusi.
Pada waktu itu, Syaikhona Kholil sedang mengajar kitab Nahwu Jurmiyah kepada para santrinya. Ketika para petani menyampaikan keluhannya, Syaikhona Kholil hanya mendengarkan dengan seksama. Ketika pembahasan pengajaran sampai pada kalimat Qoma Zaidun—yang berarti "Zaid telah berdiri"—beliau memberikan solusi yang sangat sederhana namun luar biasa: "Gunakan kalimat ini sebagai penangkalnya," kata Mbah Kholil.
Dengan penuh keyakinan, para petani mengikuti nasihat Mbah Kholil. Keesokan harinya, mereka kembali ke ladang mereka, berharap permasalahan ini akan segera terselesaikan. Namun, saat mereka tiba di ladang, mereka dikejutkan dengan pemandangan yang sangat aneh: tubuh-tubuh pencuri timun yang mereka curigai, berdiri tegak seperti patung, tidak bisa bergerak atau duduk.
Ternyata, mereka adalah para pencuri yang selama ini meresahkan para petani. Meski begitu, mereka tidak bisa bergerak atau duduk, seolah-olah tubuh mereka membatu setelah mencuri timun. Berita ini segera menyebar dan menarik perhatian banyak orang. Para petani pun kembali menemui Mbah Kholil untuk menceritakan peristiwa luar biasa itu.
Solusi Mbah Kholil: Air Penangkal
Setelah mendengarkan cerita tersebut, Mbah Kholil kemudian memberikan solusi lain yang lebih praktis: air penangkal. Beliau memberikan segelas air yang diminta para petani untuk disiramkan pada tubuh pencuri timun yang berdiri seperti patung itu. Begitu air tersebut disiramkan, tubuh para pencuri langsung lunglai dan jatuh duduk. Sejak saat itu, tidak ada lagi pencurian timun di ladang para petani.
Sebagai bentuk terima kasih, para petani timun pun mengirimkan hasil panen mereka kepada pesantren Mbah Kholil sebagai sedekah.
Makna di Balik Kisah
Dari kisah ini, kita bisa belajar bahwa kalimat Qoma Zaidun—sebuah kalimat dalam kitab tata bahasa Arab—hanyalah rangkaian kata biasa. Namun, kekuatan sesungguhnya terletak pada siapa yang mengucapkannya. Mbah Kholil, dengan karomah dan kesaktiannya, mampu menjadikan kalimat tersebut sebagai penangkal pencurian. Inilah bukti bahwa yang lebih penting adalah keimanan dan kekuatan spiritual seseorang, bukan sekadar kata-kata.
Syaikhona Kholil Bangkalan: Sosok Ulama yang Mempengaruhi Indonesia
Mbah Kholil lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 H (1820 M) dan wafat pada 29 Ramadhan 1343 H (1925 M). Beliau dikenal sebagai salah satu ulama besar yang mendidik banyak tokoh penting dalam dunia pergerakan Islam di Indonesia. Beberapa murid beliau yang terkenal antara lain KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syamsuri, yang semuanya berperan besar dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU).
Keilmuan dan karomah Mbah Kholil membuatnya dihormati oleh masyarakat. Hingga kini, banyak umat Islam yang berziarah ke Pesarean Mbah Kholil di Desa Martajasah, Bangkalan, untuk memohon berkah dan mendapatkan ketenangan batin. Selain itu, di dekat pesarean terdapat pula Bujuk Lagundih dan Kolla Al-Asror, tempat yang juga dianggap memiliki kekuatan spiritual berkat interaksi Mbah Kholil dengan alam.
Penemuan Air Sumber Mataram
Berdasarkan cerita yang berkembang, Mbah Kholil juga dikenal dengan kemampuannya dalam menemukan mata air yang sangat berharga di Kampung Lagundih, Desa Ujung Piring. Mata air ini ditemukan setelah sebelumnya ditemukan oleh Kyai Asror, namun terabaikan dan tertutupi rawa. Mbah Kholil yang datang dengan semangat spiritualnya kemudian menancapkan tongkatnya, dan air kembali memancar hingga kini tidak pernah surut. Air ini dikenal dengan nama Kolla Al-Asror.
Kisah Mbah Kholil Bangkalan memang penuh dengan keberkahan dan karomah yang menginspirasi banyak orang. Sehingga, sampai sekarang, beliau tetap dikenang dan dihormati oleh umat Islam, bukan hanya di Madura, tetapi juga di seluruh Indonesia.
Pelajaran dari Kisah Mbah Kholil
Kisah ini mengajarkan kita bahwa bukan hanya kata-kata yang bisa menjadi penangkal masalah, tetapi juga keyakinan, keimanan, dan energi spiritual yang kita miliki. Dengan hati yang tulus, usaha yang ikhlas, dan doa yang penuh keyakinan, tak ada yang tidak mungkin. Kisah Mbah Kholil adalah contoh nyata betapa besar pengaruh spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. (*)