Wisata Danau Asam Sepi Pengunjung, Konflik Satwa Liar Jadi Faktor Utama

SEPI : Lebaran tahun 2025 ini, keindahan Danau Asam yang seharusnya menjadi destinasi wisata favorit bagi banyak orang justru terlihat sepi. Foto Dok--
BANDAR NEGERI SUOH - Lebaran tahun 2025 ini, keindahan Danau Asam yang seharusnya menjadi destinasi wisata favorit bagi banyak orang justru terlihat sepi.
Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Danau Asam, Darto, sejak Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal hingga 7 Syawal, jumlah pengunjung wisata Danau Asam mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari wilayah sekitar, yaitu Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh. Rata-rata, jumlah pengunjung yang datang setiap harinya tercatat hanya sekitar 200 orang.
Namun, fenomena berbeda terjadi pada 7 Syawal, di mana hanya terdapat dua mobil wisatawan yang datang dari luar daerah, tepatnya dari Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa minat wisatawan luar daerah untuk mengunjungi Danau Asam menurun tajam dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penyebab utama dari sepinya kunjungan ini diduga kuat berkaitan dengan adanya konflik antara manusia dan satwa liar di kawasan tersebut.
Di wilayah Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh, memang dikenal sebagai habitat alami bagi beberapa jenis satwa liar, termasuk Harimau Sumatera dan Gajah Liar. Beberapa laporan menyebutkan bahwa keberadaan satwa-satwa tersebut telah menimbulkan rasa khawatir di kalangan wisatawan, khususnya yang hendak mengunjungi lokasi-lokasi wisata yang terletak di dalam kawasan hutan. Di antara tempat wisata yang biasa ramai dikunjungi adalah wisata keramikan dan Kawah Nirwana.
Namun, saat ini kedua tempat wisata tersebut terpaksa ditutup sementara, mengingat risiko gangguan dari satwa liar yang kerap mendekat ke area tersebut, katanya.
Bukan hanya para wisatawan yang merasakan dampak dari sepinya kunjungan ke Danau Asam, namun juga para pedagang yang biasa mengandalkan omzet dari wisatawan.
Camat Bandar Negeri Suoh, Manda Harto, menyampaikan bahwa fenomena ini sangat dirasakan oleh masyarakat setempat, terutama pedagang yang berada di sekitar kawasan wisata. "Kami sangat merasakan penurunan pengunjung, terutama pada momen libur Lebaran tahun ini. Hal ini berdampak pada berkurangnya pembeli dan pemasukan ekonomi warga di sekitar Danau Asam," ungkap Manda Harto.
Kondisi ini juga mengkhawatirkan banyak pihak, terutama mereka yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber utama pendapatan. Selama ini, Danau Asam dan sekitarnya dikenal dengan keindahan alamnya yang mempesona, namun sayangnya, konflik dengan satwa liar yang semakin sering terjadi menyebabkan ketidaknyamanan bagi wisatawan, baik lokal maupun luar daerah.
Para pihak terkait, baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat, kini sedang berupaya mencari solusi untuk menangani masalah ini. Salah satunya adalah dengan melakukan langkah-langkah mitigasi agar wisatawan merasa aman dan nyaman selama berkunjung. Sementara itu, penutupan sementara beberapa destinasi wisata yang berada di kawasan hutan diharapkan dapat memberikan waktu bagi satwa liar untuk menjauh dari area wisata dan mengurangi potensi risiko konflik di masa mendatang.
Meski demikian, optimisme untuk memulihkan kembali kunjungan wisatawan ke Danau Asam tetap ada. Pihak Pokdarwis berharap agar tahun depan kondisi bisa lebih membaik dengan adanya upaya pengelolaan yang lebih baik terhadap satwa liar dan peningkatan fasilitas wisata. Terlepas dari segala tantangan yang ada, keindahan alam Danau Asam tetap menjadi daya tarik yang besar, dan dengan dukungan berbagai pihak, destinasi ini diharapkan dapat kembali menjadi pilihan utama bagi para wisatawan. *