Tarif Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat Meningkat, Pemerintah Gencar Negosiasi di Washington

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto Ketika melakukan negoisasi dan diplomasi perdagangan RI-AS.-Foto Dok/Net -
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO — Pemerintah Indonesia tengah menghadapi tekanan baru dalam hubungan dagang dengan Amerika Serikat.
Dalam kunjungan resmi ke Washington DC, terungkap bahwa sejumlah produk ekspor unggulan Indonesia kini dikenakan tarif masuk yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Kenaikan ini merupakan imbas dari kebijakan tarif tambahan yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat.
Berdasarkan pemaparan otoritas ekonomi Indonesia, produk seperti tekstil, garmen, dan alas kaki yang selama ini menjadi komoditas utama ekspor ke Negeri Paman Sam, kini dikenakan tarif bea masuk yang bervariasi antara 20 persen hingga 47 persen.
Sebelumnya, tarif dasar produk-produk tersebut berada pada kisaran 10 hingga 37 persen. Tambahan tarif sebesar 10 persen yang diberlakukan sejak awal April membuat beban ekspor melonjak signifikan.
Kondisi ini berdampak langsung pada pelaku ekspor nasional. Di tengah tekanan tersebut, beberapa mitra dagang dari Amerika bahkan meminta agar biaya tambahan akibat tarif baru ini tidak sepenuhnya dibebankan pada mereka, melainkan bisa dikompensasi sebagian dari sisi eksportir Indonesia.
Merespons situasi ini, pemerintah Indonesia bertindak cepat. Dalam pertemuan dengan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) dan Departemen Perdagangan AS, delegasi Indonesia mengusulkan berbagai pendekatan strategis untuk menciptakan hubungan dagang yang lebih seimbang dan saling menguntungkan.
Beberapa tawaran yang diajukan Indonesia mencakup peningkatan pembelian energi asal Amerika seperti LNG dan minyak mentah ringan (sweet crude oil), serta pembukaan pasar bagi produk agrikultur AS seperti gandum.
Selain itu, Indonesia juga membuka peluang investasi lebih luas bagi perusahaan-perusahaan asal Amerika, terutama di sektor strategis seperti mineral penting, rantai pasok industri, pendidikan, teknologi, hingga layanan keuangan dan ekonomi digital.
Negosiasi bilateral yang berlangsung di ibu kota Amerika tersebut digambarkan berjalan secara konstruktif.
Kedua negara sepakat untuk menyelesaikan proses perundingan dalam waktu 60 hari.
Di akhir pertemuan, telah disusun kerangka kerja sama baru yang akan mengarah pada kemitraan perdagangan dan investasi jangka panjang.
Format kemitraan ini direncanakan akan difinalisasi dalam satu hingga tiga putaran pertemuan lanjutan.
Langkah diplomasi ekonomi ini tidak hanya melibatkan Indonesia. Negara lain seperti Jepang, Italia, dan Vietnam juga tengah melakukan upaya serupa dalam merespons kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.