Fenomena Gravitasi Tidak Merata di Bumi: Ini Daerah Terkuat dan Terlemah

Ilustrasi Sedikit demi sedikit Bumi mulai kehabisan oksigen. Foto-Net--
Radarlambar.bacakoran.co- Sebagian besar masyarakat mungkin mengira bahwa gravitasi di seluruh permukaan Bumi memiliki kekuatan yang sama. Namun, kenyataannya, gaya tarik gravitasi di Bumi tidak merata karena pengaruh bentuk planet yang tidak bulat sempurna serta variasi distribusi massa di bawah permukaannya.
Bumi memiliki bentuk yang agak pepat di kutub dan menggelembung di sekitar ekuator. Selain itu, perbedaan topografi seperti gunung, lembah, hingga palung samudra, serta komposisi material di dalam kerak bumi, turut memengaruhi kekuatan gravitasi di suatu wilayah.
Melalui pengamatan satelit dan pemodelan ilmiah, para ahli geofisika berhasil memetakan sebaran gravitasi global. Hasilnya menunjukkan bahwa wilayah dengan massa lebih besar, seperti daerah vulkanik dan dataran tinggi, cenderung memiliki gravitasi yang lebih kuat.
Salah satu area dengan gravitasi paling kuat berada di kawasan Pasifik, dekat Indonesia dan Australia. Di sana terdapat rangkaian gunung berapi dan pergerakan lempeng tektonik aktif yang berkontribusi terhadap besarnya tarikan gravitasi.
Di sisi lain, wilayah dengan gravitasi paling lemah teridentifikasi di bagian selatan semenanjung India, di atas kawasan samudra yang luas. Fenomena ini telah lama menjadi perbincangan di kalangan ilmuwan karena tidak berkaitan dengan struktur geologi yang umum seperti palung laut atau lapisan es.
Studi geodinamika terbaru menyebutkan bahwa kelemahan gravitasi di kawasan tersebut kemungkinan besar berkaitan dengan aktivitas di dalam mantel Bumi pada masa lalu. Sekitar 140 juta tahun lalu, saat superbenua Gondwana mulai terpecah, lempeng India bergerak ke arah utara, menyebabkan gangguan pada distribusi material padat di batas inti dan mantel. Dari proses ini, terbentuk aliran material panas dan ringan yang naik ke permukaan, menciptakan wilayah dengan densitas rendah yang akhirnya memengaruhi kekuatan gravitasi.
Temuan ini menunjukkan bahwa dinamika internal Bumi terus memengaruhi karakteristik fisik permukaannya, termasuk dalam hal gaya gravitasi. Pemahaman terhadap variasi gravitasi ini penting tidak hanya bagi ilmu kebumian, tetapi juga dalam pengembangan teknologi navigasi satelit, eksplorasi sumber daya, hingga studi perubahan iklim.(*)